Rabu, 29 April 2020

Aku tahu Yesus: TUHAN Penyelamatku satu-satunya dari dosa!



Pdt. Marianus T. Waang

KH Minggu XI – Matius 1:18-25


Minggu, 26 April 2020
Ibadah rumah kelima

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Minggu ini kita akan belajar mengenal Yesus lebih dalam lagi melalui KH (Katekismus Heiderlberg).

KH terdiri atas 52 Minggu; dan terbagi dalam 3 bagian besar: 1)      Dosa dan sengsara kita (minggu 2-4); 2)      Kelepasan Manusia (minggu 5-31); 3)      Ucapan Syukur karena kelepasan kita (minggu 32-52). Semua yang dibahas dalam 52 minggu ini diperinci lagi dalam 129 pertanyaan dan jawaban.

Minggu ini kita belajar Minggu XI: pertanyaan-jawaban 29 dan 30. Kita akan membahasnya dengan tema: Aku tahu Yesus: TUHAN Penyelamatku satu-satunya dari dosa!
Pertanyaan 29 berbunyi: mengapa Anak Allah dinamakan Yesus yang artinya Juruselamat?
ALKITAB SEPANJANG TAHUN NEW | Shopee Indonesia

Dalam jawaban 29, kita menemukan dua alasan: 1)      karena Dia menyelamatkan kita dari semua dosa kita (Mat. 1:21); 2)      karena tidak mungkin kita mencari atau menerima keselamatan dari siapa pun, selain Dia (Kis. 4:12).

Dua alasan mengapa Anak Allah dinamakan Yesus ini sudah jelas. Karena itu kita tidak akan membahasnya secara panjang lebar. Kita selamat dari hukuman kekal karena dosa oleh perkerjaan penebusan Kristus.  
Dalam khotbah ini, kita akan melihat mengapa Yesus sanggup melepaskan kita dari dosa dan mengapa Dia sendiri cukup; tidak perlu lagi orang lain, siapa pun dia. Kedua pertanyaan akan kita jawab dengan membahas arti dari nama Yesus.
Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Nama Yesus bukan pemberian Yusuf dan Maria. Itu adalah pemberian langsung dari Allah. Ketika Yusuf sedang berpikir untuk menceraikan Maria, Tuhan mencegahnya. Tuhan mengutus malaikat kepada Yusuf untuk memberitahukan dari mana asal atau siapa Anak itu dan nama yang harus diberikan kepadaNya: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (Mat 1:20-21). Asal Anak itu adalah Roh Kudus dan namaNya ialah Yesus.
Yesus adalah kata Yunani. Kata Ibraninya adalah Yosua atau Yehoshua. Dalam bahasa Indonesia, Yesus artinya Juruselamat. Juru adalah seseorang yang ahli dalam bidangnya. Jadi jika Yesus disebut Juruselamat artinya Yesus adalah orang yang ahli dalam hal menyelamatkan. Ini tentu arti yang baik. Tetapi arti ini kurang tepat menjelaskan siapa Yesus sesungguhnya. Lebih baik kita melihat arti nama Yesus bukan dari bahasa Yunani meliankan dari bahasa Ibrani, yaitu Yehoshua. Yehoshua berarti YHWH menyelamatkan. 

Inilah Yesus! Dia bukan manusia seperti kita, yang kebetulan memiliki kemampuan untuk menyelamatkan dan karena itu – berdasarkan kemampuan itu – kita menyebutNya Juruselamat. Sama seperti seseorang yang memiliki kemampuan memasak kita sebut jurumasak, atau mengemudi kita sebut jurumudi, atau merawat orang sakit kita sebut jururawat. Bukan! Dia adalah YHWH. Dan karena Dia itu YHWH maka Dia dapat menyelamatkan kita! Yang bukan YHWH, tidak mungkin dapat menyelamatkan manusia.
Tetapi YHWH itu siapa? Ya, TUHAN. Okay, tetapi TUHAN yang mana? Ya, TUHAN, yang adalah Allah Abraham, Isak dan Yakub. Jadi, Yesus bukan sekadar Juru atau Tukang selamat. Ia adalah TUHAN yang menyelamatkan.

Dari mana atau dari apa Yesus menyelamatkan kita? Dari dosa!

Dosa manusia yang keji telah menempatkannya di bawa kekuasaan Iblis. Dosa adalah tali kekang Iblis, yang demikian kuat sehingga tidak dapat diputuskan oleh kita sendiri atau oleh siapapun dengan cara dan alat pun. Dengan tali ini, Iblis mengendalikan kita sesuka-sukanya, sama seperti seorang penunggang kuda mengendalikan kudanya sesuka-sukanya. Tidak ada satu orang manusia, sehebat apa pun dia, yang dapat membebaskan dirinya sendiri apalagi orang lain dari kekang dosa di tangan Iblis. Hanya DIA, yakni Allah,  yang pernah melemparkan Iblis dari sorga ke bumi, yang sanggup mengalahkan Iblis dan menghancurkan kekang dosa itu. Dia itulah Yesus!

Tetapi apakah Yesus sendiri memang sanggup menyelamatkan kita? Bukankah jika kekang dosa itu sangat kuat, maka diperlukan kerja sama lebih dari satu orang?

Tidak perlu! Dia sendiri sudah cukup! Karena Dia adalah TUHAN. TUHAN sendirilah yang telah mengambil rupa manusia dan menamakan diriNya sendiri Yesus. Jadi nama ini bukan asal nama. Nama ini memperlihatkan siapa sesungguhnya Dia, yakni YHWH. Karena Dia TUHAN, maka kita tidak memerlukan lagi orang lain, sesuci, sekudus atau sekuat apa pun dia, untuk menolong kita mendapatkan keselamatan.
Pertanyaan 30 dari KH M11 menyatakan hal ini dengan jelas. Bahkan disebutkan di sana bahwa siapa yang, di samping percaya kepada Yesus, mencari lagi bantuan keselamatan dari orang kudus atau dari dirinya sendiri – melalui perbuatan baiknya – sebenarnya bukan orang percaya.

Latar belakang dari pertanyaan dan jawaban 30 adalah ajaran gereja Roma Katolik bahwa ‘orang-orang kudus’ seperti Maria telah melakukan begitu banyak perbuatan baik sehingga mereka dapat ikut bekerja bagi keselamatan kita.
Ajaran semacam ini memberikan kesimpulan: 1) korban Kristus tidak cukup untuk keselamatan kita sehingga perlu bantuan kita. 2) keselamatan kita bukan anugerah atau pemberian dari Allah melainkan kerjasama antara Allah dan manusia.

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Alkitab tidak pernah mengajarkan hal yang demikian. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa korban Kristus adalah penyempurna usaha dan kesalehan kita untuk selamat dari hukuman kekal. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memang mau menyelamatkan manusia, tetapi Allah memerlukan bantuan orang-orang kudus yang saleh dan telah melakukan banyak kebaikan. Usaha dan kesalehan manusia tidak bernilai apa-apa dalam kaitannya dengan pengampunan dosa kita oleh Allah.
Alkitab Jelas mengatakan bahwa tidak ada satu manusia pun di bawah kolong langit ini yang benar (Rm. 3). Bahkan kesalehan atau kekudusan manusia nilainya sama dengan kain kotor di hadapan Tuhan: “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin” (Yes. 64:6). Karena itu kita semua memerlukan Yesus. Tanpa kecuali.
Iblis tahu hal ini dengan baik. Dan dia berjuang sekuat-kuatnya untuk menipu manusia dengan berbagai cara, dari yang halus hingga yang kasar. Usaha yang halus adalah menipu manusia dengan ajaran yang kelihatan benar dan masuk akal. Mengajarkan bahwa perbuatan baik orang-orang kudus dan saleh diperhitungkan Allah sangat bagus dan masuk akal bukan? Benar. Tetapi inilah salah satu contoh cara kerja Iblis yang halus itu. Ia berusaha mencekoki kita dengan ajaran yang kelihatan benar, tetapi menyesatkan.
Ada juga cara yang kasar, yakni dengan menimbulkan kebencian yang dalam terhadap Yesus dan pengikutNya. Ia telah melakukan itu sejak zaman Yesus di bumi. Dan perhatikan: orang-orang yang ditunggangi Iblis untuk menebar kebencian itu bukanlah orang tidak beragama. Ketika berdiskusi dengan orang-orang Farisi yang mengaku bahwa Abraham adalah bapak mereka, Yesus berkata bahwa jika benar mereka adalah anak-anak Abraham, seharusnya mereka mendengar dan percaya kepadaNya. Dan Ketika orang-orang Farisi mengatakan bahwa Allah adalah Bapa mereka, Yesus dengan tegas berkata: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. …. Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku.  Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:42-44).
Jadi siapakah bapak dari orang-orang beragama yang membenci dan menolak Yesus itu? IBLIS! Dari ayat-ayat ini jelas bahwa mendorong manusia untuk membenci Yesus adalah perkerjaan Iblis. Tujuannya satu, entah dengan cara halus atau kasar: menjauhkan manusia dari iman kepada Kristus sebagai satu-satunya Penyelamat manusia dari dosa.
Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           KH M11 sangat jelas mengajarkan kepada kita bahwa Allah telah menyediakan Penyelamat bagi kita. Penyelamat itu ialah Yesus! Hanya Dia; tidak ada yang lain. Semua orang yang tidak percaya kepadaNya akan mati dalam dosa mereka, sesaleh, setaat dan sekudus apa pun mereka. Yesus mengatakan hal ini dengan tegas:   "…; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu" (Yoh 8:23-24 ITB). Siapa pun yang mengajarkan bahwa orang-orang kudus dan saleh dapat menolong manusia untuk selamat, akan mati dalam dosa mereka. Dosa apa itu? Dosa itu ialah mengurangi atau merendahkan nilai korban Kristus di Golgota. Keselamatan manusia tersedia hanya, hanya dan hanya melalui Yesus!
Karena kenyataan inilah, maka Petrus dengan lantang berseru di hadapan Mahkamah Agama yang mengadilinya bahwa di bawah kolang langit ini hanya ada satu nama, yang telah diberkan kepada manusia. Hanya melalui nama itu semua manusia diselamatkan. Nama itu ialah Yesus. Tidak ada yang lain (Kis. 4:12).
Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Mengetahui kenyataan bahwa hanya Yesuslah satu-satunya Penyelamat, sangatlah indah. Lebih indah lagi bagi kita karena kita telah menerima Yesus dan percaya kepadaNya.
Tetapi di luar sana, masih ada banyak orang yang perlu mendengar juga tentang Dia, menerima Dia dan percaya kepadaNya. Alangkah pelitnya kita, jika kita tidak membagikan keselamatan dalam Kristus ini kepada orang lain. Jangalah kita hanya terus berbicara tentang Dia dan apa yang telah dibuatNya untuk kita. Tetapi baik juga kita bicara tentang perintahNya kepada kita, gereja, yakni pergi dan jadikan semua bangsa muridNya.

Amin


Sabtu, 18 April 2020

Salib adalah Bukti Kasih Allah



Pdt. Marianus T. Waang

Matius 27:32-44
Salib adalah bukti kasih Allah

Jumat Agung, 10 April 2020
Jemaat Rumah[1]

Shalom jemaat Tuhan! Apa kabar? Hari ini kita merayakan Jumat Agung. Di rumah masing-masing. Kiranya Bapak/Ibu tetap bersukacita dan menikmati ibadah pagi ini. Tuhan Yesus memberkati Bapak/Ibu berserta semua anggota keluarga.

Bacaan kita kali ini adalah potongan cerita tentang penyaliban Yesus yang dimulai dari pasal 26. Karena itu, sebaiknya jemaat membaca seluruh pasal 26 dan 27. Tujuannya agar kita memahami jalan cerita penyaliban itu secara utuh.
Salib Kristus Agama - Foto gratis di Pixabay

Dalam khotbah ini, kita hanya akan memahami teks kita. Kita berdoa supaya Bapa di sorga berkenan berbicara kepada kita dan Roh Kudus bersedia membuka hati kita sehingga kita mengerti maksud Tuhan bagi kita.

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Setelah ditangkap di taman Getsemani, Yesus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Di sana, para imam kepala dan seluruh anggota Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu agar Yesus dihukum mati (26:59). Perhatikanlah: mereka yang seharusnya mengajarkan kebenaran, ternyata memutarbalikkannya. Ternyata hanya jubah dan kedudukan merekalah yg terhormat. Hati mereka tidak lebih baik dari para perampok atau penyamun (bdk Mrk. 11:17). Kebohongan mereka anggap kebenaran; sementara kebenaran, yang disampaikan Yesus bahwa Dia adalah Mesias, mereka anggap kebohongan dan hujatan (26:62-66). Inilah kekejian dosa: kejujuran diinjak-injak, kebohongan diagung-agungkan. Kebenaran dibuang, dosa dicari-cari

Setelah itu, mereka membawa Yesus kepada Pilatus. Ia adalah wali negeri Romawi yang memerintah di Yerusalem. Pilatus tidak mendapat kesalahan apu pun yang pantas diganjar dengan hukuman mati. Tetapi ia tidak berdaya menghadapai tekanan massa, orang-orang beragama, yang sudah brutal itu. Akhirnya ia menyerahkan Yesus kepada mereka untuk diperlakukan sesuai kemauan mereka, yakni disalibkan (27:22-26).  

Aneh memang, tetapi nyata: pengajar kebenaran (para imam) dan penegak hukum (Pilatus) tidak berdaya menghadapi hawa nafsu massa. Inilah kekejian dosa yang lain: akal sehat dan rasa keadilan tidak diberi tempat. Dosa memanfaatkan suara mayoritas untuk menjalankan maksud dan rencananya. Dan...? Berhasil. Kebohongan terus disebarkan dan kebencian semakin dikobarkan. 

Tetapi kita tidak perlu terlalu mempersalahkan mereka. Mereka adalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk menjatuhkan hukuman karena dosa kita atas Kristus! Mereka ‘satu barisan’ dengan Yudas Iskariot (26:14-16, 21-25; lihat juga Kis. 3:18).

Kepalsuan para pemimpin agama, kebrutalan orang-orang Yahudi dan para serdadu Romawi adalah buah dari dosa. Dosa telah membutakan hati mereka sedemikan rupa sehingga mereka tidak sanggup mengenal Yesus. Iblis sebagai sumber dan tuan atas dosa telah menjadi tuan dan bapa mereka (Yoh. 8:41-44).
Sama seperti Iblis hadir dan merasuki Yudas (Yoh. 13:27) dan Petrus (Mat. 16:23), begitu jugalah Iblis hadir dan menguasai para pemuka Agama dan pengikut-pengikut mereka itu sedemikian rupa sehingga mereka tidak sanggup mengenal Yesus dan mempercayai kata-kataNya.

Dosa itu keji dan brutal. Ia sanggup menghilangkan akal sehat. Ia adalah tunggangan Iblis yang handal untuk menghancurkan manusia. Sayang, kebanyakan kita tidak menyadarinya. 

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Dalam teks kita, kita membaca tentang prosesi menuju tempat eksekusi, yakni bukit Golgota. Golgota artinya Tempat Tengkorak. Disebut Tempant Tengkorak karena 3 kemungkinan alasan: 1) bukit itu mirip tengkorak; 2) tempat penghukuman; 3) terdapat banyak tengkorak di sana.

Yesus yang sudah kelelahan akibat siksaan dan cambukan yang menimbulkan banyak luka dan kucuran darah, nampaknya tidak sanggup lagi memikul salibNya yg berat. Seorang Kirene bernama Simon, yang kebetulan sedang lewat, akhirnya dipaksa untuk membantu Yesus. Meskipun dipaksa, setidak-tidaknya ia sedikit meringankan beban penderitaan Yesus yg berat itu. Yesus memikul dosa seantero dunia di atas pundaknya yang telah hancur karena cambukan.

Sekarang mari kita lihat bagaimana mereka memperlakukan Yesus setelah tiba di Golgota. Pertama, mereka memberi Dia minuman yang tidak pantas: anggur bercampur empedu, yakni ramuan herbal pahit yang mengandung racun. Yesus benar-benar memerlukan air. Sudah lebih dari 12 jam Ia menjalani aniaya dan siksaan. Ia haus. Tetapi mereka memberiNya racun. Inilah kekejian dosa yang berikutnya: tidak mengenal belaskasihan. Dosa telah menutup hati mereka sedemikian rapat, sehingga mereka melihat penderitaan sebagai hiburan. Yesus yang sedang sekarat, mereka anggap sebagai kesempatan lucu-lucuan.

Setelah itu, mereka menyalibkan Yesus. Ia berada di antara dua orang penjahat. Mereka juga membuang undi untuk mendapatkan jubahNya. Semua ini terjadi supaya firman yang sudah disampaikan melalui para nabi tergenapi. Dalam Yesaya 53:12 kita membaca bahwa Yesus akan mati untuk dosa dunia terhitung di antara para pemberontak. Juga dalam Mazmur 12:19 kita membaca bahwa mereka yang menyalibkanNya akan medapatkan jubahNya dengan cara undian. Kejadian-kejadian yang menunjukkan penggenapan nubuatan ini memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus benar-benar adalah Mesias. Dia adalah keturunan perempuan dalam Kejadian 3:15 yang menghancurkan kepada ular, yakni Iblis.

Tetapi mengapa para ahli taurat, imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi tidak mengenal Dia? Mengapa mereka malah menganggapNya sebagai penghujat Allah? Alasannya jelas: dosa! Dosa telah membutakan mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa mengenal Yesus. Inilah puncak dari semua kekejian dosa: membuat orang tidak mengenal Yesus.

Karena dosa, Allah tidak mau membuka hati manusia agar mereka mengenal Dia. Demikianlah kata Firman Tuhan: "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka" (Yoh 12:40). Karena dosa, Allah mengeraskan hati orang supaya mereka tidak percaya kepada Yesus. Karena dosa, salib Yesus menjadi kebodohan bagi dunia dan karena itu mereka akan binasa (1Kor. 1:18).

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Pada salib Yesus, mereka juga menuliskan alasan mengapa Ia dihukum mati. Yesus dihukum karena Dia adalah Raja orang Yahudi. Ini alasan yang aneh, sebab orang Yahudi tidak pernah mengakuiNya sebagai Raja. Tetapi memang benar: Dia adalah Raja, bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi atas seluruh dunia. Yesus adalah Raja, entah orang mengakuiNya atau tidak! Dia adalah Raja segala raja dan Tuan segala tuan (Why 19:16). Ia adalah Raja Kebenaran dan Keadilan.  Jauh sebelum Ia lahir, Allah sudah mengatakannya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yes. 9:6-7). Tetapi lagi-lagi: dosa membuat Allah muak dan menutup rapat kebenaran ini bagi para pemimpin agama Yahudi dan para pengikut mereka.

Setelah Yesus tergantung tidak berdaya, mereka bukannya kasihan melainkan mengejekNya. Mereka merasa Yesus tidak pantas mendapat belaskasihan. Ia pantas mendapat siksaan dan ejekan. Ia tidak pantas hidup. Ia pantas mati. Mereka mengakui bahwa Yesus sanggup menyelamatkan orang lain. Karena itu mereka heran, mengapa Ia tidak menyelamatkan diriNya sendiri? Menurut mereka: kenyataan bahwa Yesus tidak dapat melepaskan diri dari salib adalah tanda bahwa Allah tidak berkenan kepada Dia. Menurut mereka kenyataan salib adalah tanda bahwa Allah sendiri tidak mau melepaskan Yesus.

Tetapi mereka salah besar: Yesus bukan tidak sanggup melepaskan diri, tetapi Ia taat pada keputusan Bapa. Tujuan kehadiranNya di bumi adalah mati, bukan hidup. BapaNya mengutus Dia untuk menderita dan mati sebagai ganti kita. Demi kita, imam-imam kepala, ahli-ahli taurat dan tua-tua yang menyalibkan Dia itulah Dia mati. Tetapi mereka tidak sadar. Ini jelas dari reaksiNya terhadap Petrus yang memotong telinga salah satu dari mereka yang menangkapNya di taman Getsemani: “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?  Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Mat 26:53-54).

Sengsara dan kematianNya adalah hal yang memang HARUS terjadi. Tetapi celakalah mereka yang melakukannya. Mereka senasib dengan Yudas, yakni CELAKA: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan" (Mat 26:24).

Jadi kerelaanNya menerima siksaan, hinaan dan salib bukan karena Ia tidak sanggup membebaskan diri. Juga bukan karena Allah tidak berkenaan kepada Dia, melainkan karena kasihNya kepada kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

KematianNya di salib melalui tangan para pemuka agama Yahudi dan tantara Romawi adalah kehendakNya sendiri juga. Itu jelas dari apa yg dikatakanNya sendiri: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku" (Yoh 10:17-18).

Lagi-lagi: Dia tetap tergantung di salib hingga mati, bukan karena Ia tidak sanggup melepaskan diri. Juga bukan karena Allah tidak berkenan kepadaNya, melainkan karena kehendakNya sendiri. Kematian itu dikehendakiNya karena kasihNya kepada kita. Yesus adalah Gembala, yang karena kasihNya rela menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya itu (Yoh 10).

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Kita telah melihat perlakukan keji dari para pemimpin agama Yahudi dan semua orang yang berada di sekitar penyaliban Yesus. Mereka menganggap Dia menghujat Allah. Mereka juga mengejekNya tanpa batas. Apakah perlakuan atau sikap semacam itu tidak ada saat ini? Jawabnya: ada!

Mayoritas penduduk dunia saat ini tidak mengenal Yesus. Ada yang berpikir bahwa Yesus hanya seorang pemimpin yang gagal dan harus mati di tangan para lawan politikNya secara mengenaskan. Yang lain lagi berpikir bahwa cerita soal Yesus hanya tipuan para muridNya untuk menghibur diri karena kematian Guru mereka dengan cara yang memalukan itu. Ada lagi yang jika ditanya: apakah Anda mengenal Yesus? Dia menjawab, “Siapa dia? Saya tidak peduli!” Ada juga yang menjadikanNya bahan olokan. Di negara kita, misalnya, kita  yang percaya kepada Yesus dianggap orang kafir. Bahkan salibNya disebut tempat tinggal jin kafir.

Kebenaran yang terang benderang ini, begitu gelap bagi kebanyakan manusia saat ini. Penyebabnya jelas: dosa! Dosa manusia yang bertambah keji dari waktu ke waktu telah membuat Allah begitu murka dan menutup hati manusia begitu rapat terhadap kebenaran. Akibatnya, Yesus tidak bisa dikenal apalagi dipercaya sebagai Juruselamat. Akibatnya salib dianggap sebagai peristiwa memalukan yang harus dijauhi. Dan sikap semacam ini pasti berujung pada sengsara kekal dalam api neraka.

Salib adalah puncak kasih Allah. Siapa yang menoloak salib, berarti menolak kasih Allah. Menolak kasih Allah berarti menyerahkan diri kepada murkaNya. Dan berada dalam murka Allah berarti kematian kekal, yakni sengsara tanpa batas dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (Why 21:8)

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Yesus, Tuhan kita, yang tersalib karena kasihNya kepada kita itu, sekarang berada di sorga. Ia telah memberi perintah agar Injil, yakni penebusan oleh darahNya itu, diberitakan ke seluruh dunia.  Setiap kali kita merayakan Jumat Agung, sebenarnya kita sedang menyuarakan penyelamatan dari Allah untuk seluruh dunia. Kita tidak boleh menyimpan Kabar Baik ini untuk diri sendiri. Kita telah menerima kasih Allah. Bagikanlah dengan orang lain. Mari kita berdoa supaya GGRI-KB boleh mengambil bagian dalam pemberitaan Injil kepada mereka yang belum mendengarnya sama sekali. Injil, yakni kelepasan dari dosa oleh salib Kristus harus diberitakan. Pemberitaan Injil adalah KEHARUSAN bagi gereja, seperti kata rasul Paulus: “Sebab itu [pemberitaan Injil] adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16).

Amin



[1] Ibadah rumah yang ketiga karena Covid-19

Yesus Pasti Datang: berjaga-jagalah

Pdt. Marianus T. Waang

Matius 25:1-13
Yesus pasti datang kembali: berjaga-jagalah

Minggu, 5 April 2020
Jemaat rumah[1]
  
Image result for gambar yesus naik ke surgaJemaat Tuhan Yesus Kristus!            Apa kabar semuanya? Hari ini adalah hari Minggu kedua, di mana kita beribadah di rumah masing-masing. Mungkin kita merasa kurang nyaman, sedih dan sepi: biasanya banyak dan ramai; bertemu sesama saudara sejemaat, sekarang sendiri saja. Meski begitu, kita tetap bersyukur dan bersukacita, karena Yesus Tuhan kita ada bersama kita dalam RohNya saat ini.

Dalam dua minggu yang lalu, secara berturut-turut kita mendengar Yesus memperkenalkan diriNya dengan terus terang  kepada murid-muridNya secara khusus: Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16). Orang banyak, yang selalu mengikuti Dia dan merasakan pertolonganNya (makanan dan kesembuhan), hanya mengenal Dia sebatas nabi. Tetapi murid-murid mengenal Dia lebih dari itu. Dia adalah Yang diurapi, Anak dari Allah yang hidup! Pengenalan itu mereka terima dari Allah sebagai karunia (Mat. 13:11)

Setelah itu, Ia membawa mereka lagi ke gunung. Di sana pengakuan para rasul bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup itu diteguhkan lagi oleh Bapa di sorga: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat. 17:6). Kali ini dengan tambahan perintah: dengarkanlah Dia! Hal ini dilakukan Yesus dalam rangka mempersiapkan murid-muridNya untuk masa sengsaraNya, yakni (penyaliban) yang akan segera terjadi.

Saat ini, kita sedang ada pada masa-masa menjelang sengsara Yesus itu. Tanggl 10 kita merayakan Jumat Agung dan tanggal 12 paskah, jika Tuhan berkenan.
Minggu ini, kita membaca tentang pengajaran Yesus mengenai kedatanganNya yang kedua. Kita akan membicarakan pokok ini dengan memperhatikan dua pertanyaan:
1.       Apakah kita, saudara dan  saya, percaya bahwa Yesus benar-benar akan datang kembali?
2.       Apakah kita, saudara dan saya,  SELALU siap, kapan pun Yesus datang?

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Sejak kenaikan Yesus ke sorga (seperti diceritakan dalam Kisah 1), kita sudah menunggu hampir 2000 tahun. Waktu yang tidak singkat. Tetapi Yesus belum datang. Ada orang atau kelompok tertentu, terutama kelompok Advent Hari Kejutuh,  yang coba menghitung dan menetapkan hari kedatangan Tuhan itu, tetapi selalu gagal. Yesus sudah bilang: hari dan saat kedatanganNya tidak ada yang tahu. Jadi percuma hitung sana - hitung sini.

Tetapi 2000 tahun adalah waktu menunggu yang terlalu lama bukan? Bukankah Yesus sendiri bilang bahwa Dia akan datang segera? Lalu mengapa begini lama?
Dalam pengalaman kita, lama menunggu membuat kita menjadi bosan dan kesal. Bahkan sesuatu yang tidak terjadi dalam waktu yang lama, biasanya lebih banyak gagal. Misalnya, ayam yang mengeram akan menetas pada waktu 21 hari lebih sedikit. Jika sudah 4 minggu (28 hari) belum menetas, kesimpulannya: telur-telur itu gagal menjadi ayam.
Sudah 2000 tahun dan kedatangan Yesus itu belum terjadi. Mungkin kita sudah mulai bosan dan kesal. Akibatnya kita tidak mau berpikir lagi soal kedatangan itu: “datang ya syukur, tidak datang ya sudah. Daripada sibuk memikirkan hal ini, lebih baik saya sibuk memikirkan karir, masa depan keluarga dan anak-anak saya, dll.” Apalagi saat ini semua orang sedang sibuk dengan corona.

Jadi kedatangan Yesus itu, bagi kita, mungkin sudah seperti telur ayam usia 28 hari yang gagal menjadi ayam itu. Situasi semacam ini mengantar kita pada pertanyaan pertama kita:
Apakah kita, saudara dan saya, masih percaya bahwa Yesus benar-benar akan datang kembali?

Teks kita hari ini adalah bagian dari khotbah atau pengajaran Tuhan Yesus tentang apa saja yang akan terjadi menjelang dan pada akhir dari zaman ini: bencana alam, kelaparan, perperangan dan penyakit. Semua peristiwa ini menelan korban yg luar biasa banyak. Contoh yang paling baru adalah Covid-19. Per 1 April virus ini sudah menguasai 201 negara. Artinya virus ini sudah ada di SELURUH dunia! Kerugian yang ditimbulkan juga luar biasa: Pendidikan anak-anak tidak jalan, ekonomi dunia hancur, hubungan sosial antar sesama berantakan, dll. Sebelum itu, ada perang besar yang dimulai oleh ISIS.  

Ini semua adalah bagian dari tanda-tanda bahwa dunia ini sedang dalam perjalanan menuju akhir sejarahnya. “… dunia ini sedang lenyap dengan segala keindahannya, …” (1Yoh. 2:17). Tanda-tanda ini adalah bukti bahwa kedatangan Tuhan kita yang kedua itu PASTI!

Teks kita hari ini meneguhkan dan menegaskan KEPASTIAN itu. Jika kedatangan Tuhan itu tidak akan terjadi, tentu perumpamaan ini tidak akan ada atau tidak ada gunanya. Dan yang lebih berat lagi: Yesus berbohong. Tetapi itu TIDAK MUNGKIN! Allah tidak berdusta (Bil. 23:19; Tit. 1:2; Ibr. 6:18). Manusia banyak tipunya. Tetapi TUHAN tidak!

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Di tengah waktu menunggu yang tidak diketahui batasnya ini, kita bisa menjadi bosan dan ragu. Kebosanan dan keraguan ini diperparah lagi oleh situasi dunia yang semakin mengancam, seolah-olah tidak ada masa depan. Yohanes pembaptis pernah mengalami situasi ini. Ia berada di penjara dan mulai ragu: apakah Yesus adalah Dia yang akan datang itu atau bukan? Ketika itu Yesus mengatakan: “… berbahagilah mereka yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Mat. 11:6). Kita juga berbahagia, jika kita tidak menjadi kecewa dan menolak Dia! Waktu menunggu yang kelihatan lama adalah ujian imam. Situasi dunia yang semakin kacau dan mengancam adalah bukti dari kepastian kedatangan itu!

Meskipun dunia sudah hampir 2000 tahun menunggu Yesus datang kembali, sebenarnya tidak ada satu orang pun yang menunggu selama itu. Kita semua menunggu rata-rata 60 tahun. setelah itu kita pergi kepada Tuhan kita.   

Renungan Minggu, 12 November: Siap Tanda Bijak | Komsos Manado
Teks kita berbicara tentang kesiapan menyambut kedatangan YANG PASTI itu. Yesus mengumpamakan atau mencontohkan kesiapan menunggu kedatanganNya yang kedua itu dengan kesiapan 10 orang gadis: lima bodoh dan lima bijaksana. Ini membawa kita pada pertanyaan kita yang kedua:
Apakah kita, saudara dan saya, SELALU siap kapan pun Yesus datang?

Sepuluh gadis itu terbagi ke dalam 2 kelompok secara merata: 50:50.  Pembagian yang merata ini menunjukkan bahwa soal masuk ke dalam Kerajaan Sorga bukan soal mayoritas-minoritas, siapa lebih banyak atau lebih kuat dia menang; tetapi soal pribadi: soal masing-masing orang. Siapa yang SELALU siap, dia tidak akan terlambat! Dan karena itu, dia yang akan masuk! Siapa yang masa bodoh, PASTI akan terlambat!

Perhatikan sifat dua kelompok gadis itu: bodoh dan bijaksana. Kata ‘bodoh’ di sini artinya bukan ‘tidak tahu’ (soal intelektual), melainkan ‘tahu tapi enggan atau malas melakukannya’ (sikap iman). Dalam Perjanjian Lama, kata ini selalu menunjuk bukan pada orang yang tidak tahu apa-apa, melainkan pada mereka yang suka melawan Tuhan: tahu tetapi malas atau sengaja tidak melakukannya. Itulah mengapa lawannya (dalam bacaan kita) adalah bijaksana, bukan pintar. Orang bijaksana adalah mereka yang melakukan kehendak Tuhan. Lihat Matius 7:24  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, …”.

Sama seperti 5 gadis bijak, 5 gadis bodoh ini pun tidak tahu kapan atau pukul berapa pada hari itu mempelai laki-laki akan datang. Tetapi mereka tidak mau membawa cadangan minyak. Perhatikan: mereka tidak tahu jam berapa mempelai datang. Artinya mempelai bisa datang lebih cepat, atau bisa juga lebih lambat. Mereka pasti tahu juga bahwa minyak mereka bisa jadi tidak cukup, jika ternyata mempelai datang jauh malam. Maka untuk amannya, mereka seharusnya mempersiapkan minyak cadangan. 
Sayang seribu sayang: mereka tahu bahwa lebih baik memiliki cadangan minyak, tetapi mereka tidak melakukannya. Mereka lebih suka berpikir bahwa mempelai akan datang sesuasi perkiraan mereka. Ternyata salah! Di sinilah letak kebodohan mereka itu: tidak tahu persis jamnya, tetapi tidak mau berjaga-jaga dengan membawa minyak ekstra. Padahal berjaga-jaga itu adalah perintah Tuhan.

Tetapi bagaimana dengan 5 gadis yang bijak itu? Bukankah mereka tidak memiliki kasih? Mereka tidak mau berbagi. Mereka pelit. Pantaskah orang-orang seperti ini masuk sorga?

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Yesus tidak sedang mengajarkan di sini bahwa orang-orang yang tidak memiliki kasih akan masuk sorga juga. Sebaliknya, ketidaksediaan mereka untuk berbagi ini memperlihatkan bahwa soal masuk sorga tidak bisa bergantung pada orang lain. Masuk kerajaan Allah tidak bisa mengekor pada kebaikan hati orang atau pada iman orang lain: iman suami, iman istri, iman orangtua, iman pendeta atau iman teman. Iman sendiri, iman tiap-tiap orang kepada Kristuslah, yang menjadikannya sabahat Sang Mempelai dan yang membawanya ke dalam sorga.

Dua kelompok gadis ini adalah gambaran untuk gereja, yakni kita. Yesus berkata bahwa hari dan jam kedatanganNya yg kedua itu tidak ada yang tahu. Ia hanya menyatakan tanda-tandanya, yakni tanda-tanda yang akan terjadi pada saat atau menjelang hari ‘h’ itu: bencana alam, kelaparan, peperangan dan sakit penyakit. Ia akan datang ketika semua orang sedang sibuk dengan urusannya sendiri, seperti pada zaman Nuh: sibuk cari makan dan sibuk urus kawin.  Ia akan datang pada saat yang tidak kita duga, seperti kedatangan seorang pencuri. Karena itu berjaga-jaga adalah sifat iman yang sangat penting (24:23-44).  Kerja untuk makan dan minum tentu saja boleh, malah harus! Tetapi jangan lupa Tuhan! Kerja untuk masa depan keluarga dan karier tidak dilarang. Tetapi jangan lupa Tuhan! Kerja untuk kemajuan dan keberhasilan orang lain itu hal yang diminta oleh Tuhan. Itu adalah bukti kasih kita kepada sesama. Harus dilakukan, tetapi jangan lupa Tuhan! Menikmati keindahan ciptaan Tuhan dan kenikmatan sebagai hasil kerja itu baik, tetapi jangan lupa Tuhan!

Jika kita lupa Tuhan, kita pasti menangis penuh penyesalan yang luar biasa, ketika kita mendengar Tuhan berkata kepada kita pada hari kedatanganNya: “…: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Aku tidak mengenal kamu.” Penyesalan selalu datang terlambat!

Covid-19 yang meluluhlantakkan dunia saat ini, selalu kita lihat sisi buruknya. Benar: virus ini memang buruk, sungguh sangat buruk. Tetapi tahukah kita, bahwa virus ini adalah bagian dari rencana besar Allah? Sadarkah kita bahwa virus ini adalah salah satu tanda yang menegaskan KEPASTIAN kedatangan kedua itu? Melalui Covid-19 kita seolah mendengar suara Tuhan: mempelai datang, songsonglah Dia! Sudah siapkah kita untuk itu?

Karena itu, ada baiknya kita juga melihat sisi baik dari covid-19 ini. Tujuannya adalah agar kita bisa bersyukur dan tetap tenang: 1) Covid-19 memungkinkan kita memiliki cukup banyak waktu bagi kebersamaan keluarga. Pakailah kesempatan ini memperbaiki semua yang kurang selama ini. 2) Covid-19 memungkinkan terjadinya persekutuan dalam masing-masing keluarga: hal yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Manfaatkanlah sebagai tanda kesiapan kita menyambut mempelai laki-laki, yakni Tuhan Yesus. 3) Covid-19 memungkinkan penurunan polusi dan kerusakan ozon. Dunia lebih sehat. Nikmatilah dunia ciptaan Tuhan yang dipulihkan. 4) Covid-19 mengajari kita betapa pentingnya menjaga kesehatan, kebersihan dan ketertiban, dst.

Corona memang mematikan, tetapi mari kita tetap bersyukur dan tenang karena hal-hal positif di atas. Rasul Paulus meminta kita mengucap syukur dalam segala hal (1Tes. 5:18). Dalam ketakutan karena corona, ingatlah Roma 8:28 “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Ingat juga KH Minggu ke- 1.

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Yesus pasti datang kembali. Karena itu keluarlah dari kelompok gadis yang bodoh, supaya kita berbahagia pada saat kedatanganNya itu. Kitalah orang-orang yang mengasihi Allah, yang terpanggil sesuai dengan rencanaNya itu. Tetaplah dalam keadaan terjaga!
Amin



[1] Kebaktian kedua di rumah masing-masing karena corona