Minggu, 26 Januari 2014

Syema Israel

TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa
(Ul. 6:4)

Renungan
Pdt. Marianus T. Waang, M. Th
Pendahuluan
Bacaan kita hari ini biasa disebut ‘syema Israel’ (dua kata pertama dari ayat ini). Syema berarti ‘dengar’ (785 kali) atau taat (89 kali). Terjemahan dlm bhs Belanda lebih menarik karena ‘dengar’ dan ‘taat’ memiliki akar kata yang sama: hoor (dengar) dan gehoorzaam (taat).  Ini adalah credo orang Yahudi, diucapkan setidak-tidaknya 2 kali sehari. Dengan credo ini mereka menundukkan diri kpd pemerintahan YHWH yg Esa dlm segala sesuatu yg mereka kerjakan. Dg credo ini mereka merasa terpanggil untuk menunjukkan kasih mereka kepada Allah. Karena kasih itu, mereka rela mati demi credo ini karena YHWH yg Esa ini telah memiliki mereka sejak dalam kandungan hingga mereka mati nanti. Yesus mengaku bahwa credo/syema ini adalah hukum yg  terutama dan yang terutama (Mat 22:36-40)

1.      Arti kata echad
Dalam bahasa Ibrani ada kata untuk ‘tunggal’ yaitu yachid.  Isak adalah anak yachid, ‘tunggal’ (Kej 22:2, bdk Jer 6:26; Am 8:10). Dalam Mzm 25:16 ‘sebatang kara’. Tetapi di sini dipakai kata bilangan echad, yg juga dipakai untuk hubungan suami dan istri dlm Kej 2:22 ‘... sehingga keduanya menjadi satu (echad) daging. Kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama:  dh : h(khet) dan  d  (dalet). Dalam bhs Ibrani  kuno, khet adalah lambang dari dinding/tembok sedangkan dalet adalah lambang dari pintu. Dinding/tembok dan pintu digabung menjadi satu (echad) bangunan. Contohnya adalah Kel 26:6: tenda-tenda Kemah Suci yg berbeda-beda digabung menjadi satu (echad) tabernakel; Yeh 37:19: papan Yusuf dan papan Yehuda digabung menjadi satu (echad) papan. Kesimpulan kita adalah bahwa yachid berarti ‘tidak ada yang lain’, ‘satu-satunya’, the only, singularity. Tetapi echad berarti ‘bersama yang lain menjadi satu’, unity in diversity. Maka terjemahan LAI yang membedakan yachid dg ‘tunggal’ dan echad dg ‘esa’ adalah tepat, meskipun ‘esa’ sendiri tidak memiliki makna unity in diversity ini.  

2.      TUHAN itu Allah kita
Musa sudah memimpin bangsa Israel sampai di padang gurun. Dia tahu bahwa sebentar lagi dia tidak ada lagi dan Yosua yang akan menggantikan dia. Dia tahu bahwa generasi pertama (generasi Mesir) sudah punah. Yg sekarang adalah generasi kedua (genari padang gurun). Mereka tahu siapa itu Elohim. Ia itu Allah. Tetapi Elohim bukan nama diri. Ini adalah nama Allah yang paling umum. Nama ini juga dipakai untuk dewa-dewa bangsa-bangsa lain. Nama Yahweh menentukan isi dan arti nama Elohim. Elohim (atau El) adalah kata umum bagi suatu kuasa yang disembah sebagai allah. Mungkin arti dasarnya adalah: Yang Perkasa.
Generasi padang gurun ini bisa menganggap Elohim mereka sama dengan elohim bangsa-bangsa di sekitar mereka, yg juga punya elohim (dewa) atau baal (tuhan). Padahal mereka itu bukan TUHAN yg sebenarnya. Mereka hanyalah proyeksi/buatan manusia: mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium (Mzm 115:4-6 bdk 135:15-17). Kalau begitu siapakah Elohim mereka, orang-orang Israel? Musa bilang: itulah YHWH. Dia bukan rekayasa pikiran manusia, tetapi Dia adalah Elohim yang hidup. YHWH adalah Dia yang dulu ada, yg sekarang ada, dan yang akan ada. Dialah Allah Abraham, Allah Isak dan Allah Yakub.

3.      TUHAN itu echad (esa)
Setelah tahu bahwa Allah yg mereka sembah sebagai Elohim atau Adonay adalah TUHAN (YHWH), mereka juga perlu tahu bahwa Dia berbeda dengan elohim bangsa-bangsa lain yang selalu jamak di luar dirinya (banyak). Ada allah gunung, ada allah lembah, ada allah bumi ada allah langit, ada allah sungai, ada allah daratan, dll (1Raj 20:23; 2Raj 23:5). Ini adalah allah-allah spesialis. Spesial ini, spesial itu. Banyak jumlahnya dan yang satu dapat saja menjadi musuh bagi yang lain. Tidak demikian dengan YHWH. Ia itu echad.
Kalimat TUHAN itu esa, memiliki beberapa konsekuensi:
a)      Selain DIA, tidak ada yg lain di luar Dia. Itulah sebabnya Dia mengatakan bahwa hanya Dialah TUHAN dan tidak ada yang lain (Kel 20:2-3). Di luar Diri-Nya Dia tidak boleh diduakan, apa lagi ditigakan, diempatkan dst. Paulus dengan tegas berkata: ‘… “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.”  Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian  namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup (1Kor 8:4-6).  
b)      Tetapi echad mengistruksikan  kejamakan, itulah Bapa, Putra dan Roh Kudus. YHWH jamak di dalam Diri-Nya sendiri. Kejamakan ini adalah obyek penyembahan yang sesungguhnya. Yang tidak boleh disembah adalah semua yang berada di luar Dia. Bapa, Putra dan Roh Kudus harus disembah karena ketiga-tiganya ada di dalam DIA, yg bernama TUHAN (YHWH) yg echad itu. Pernahkah kita bertanya mengapa YHWH selalu menyebut diri-Nya dengan Allah Abraham, Allah Isak dan Allah Yakub? Di balik sebutan ini terkandung gambaran dari echad. Abraham adalah ‘bapak’ dari semua orang percaya. Ia adalah gambaran dari Allah sebagai Bapa bagi semua org pilihan dari semua kaum dan bahasa! Isak adalah anak yang dipersembahkan. Anak tunggal, yachid, satu-satunya. Inilah gambaran Kristus, Allah Anak, yang mempersembahkan diri bagi pendamaian dunia dengan Allah. Sama seperti Isak adalah anat tunggal Abraham, demikianlah Kristus Anak Tunggal, yachid, Bapa. Yang terakhir adalah Yakub. Ia adalah bapak dari keduabelas suku, yang melahirkan keduabelas rasul. Oleh pemberitaan keduabelas rasul ini, dunia dipersekutukkan dengan Bapa dan Anak.  Dia adalah leluhur Israel dan gereja, yang melaluinya kita menerima pertolongan dari dan persekutuan dengan Allah. Maka ia adalah gambaran dari Roh Kudus yang melahirkan gereja dari segala suku dan bangsa, dan  mengantarai persekutuan antara gereja dengan Bapa dan Anak.
c)       Penyataan-Nya adalah satu-satunya penyataan yang benar.
d)      Dialah satu-satunya Penebus yang benar: ‘… selain di dalam Dia, … di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain… yang olehnya kita dapat diselamatkan’ ( Kis 4:12). 



Aplikasi:
Di dunia ini ada tiga agama yg disebut sebagai agama monotheis, yang menyembah hanya satu Tuhan, yaitu agama Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiganya sebenarnya tidak sama. Orang yahudi tidak memahami diversitas dalam ‘syema’ mereka. Esa bagi mereka berarti ‘tunggal’, ‘satu-satunya’. Begitu jugalah orang Islam. Tetapi mereka menambah ‘syema’/ ‘tauhid’ mereka dengan satu lagi, yaitu pengakuan akan Muhammad sebagai nabi. Ini membedakan mereka dengan Israel. Kita, orang Kristen, berbeda baik dengan Yahudi maupun Islam. Syema kita adalah bahwa TUHAN yang echad itu terdiri atas tiga pribadi yang berbeda: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Tiga yang berbeda ini tergabung dalam satu Hakekat Ilahi, seperti bagian-bagian yang berbeda dari Kemah Suci bergabung dan menjadi ‘satu’ Kemah, seperti suam-istri (dua orang yg berbeda) menjadi ‘satu daging’. Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa agama Yahudi menyembah YHWH tanpa mengenal-Nya secara baik. Islam lebih parah lagi. Mereka mengambil konsep monotheisme Yahudi, mengosongkannya dan mengisinya dengan konsep yang lain.

Dua hal pokok kita pelajari dari bacaan kita:
a)      Oleh karena YHWH-lah satu-satunya Allah yang benar, wahyu dari Dialah satu-satunya wahyu yang benar, Penebus yang diutus-Nya-lah satu-satunya Penebus yang benar, maka semua yang disebut Tuhan atau Allah di sekitar kita pastilah bukan Allah atau Tuhan yang benar!
b)      TUHAN atau Allah itu echad bukan yachid. Artinya di dalam DIA ada  kejamakan. Maka konsep Tritunggal dalam kekristenan bukanlah syirik¸melainkan konsep yang benar dari Allah yang benar.  


Amin!

Rabu, 22 Januari 2014

Karunia Roh & Penyimpangannya dalam Jemaat => bagian 01

Pdt. Marianus T. Waang, M. Th.


A.    Pendahuluan 
 
Abad ke-20 biasa disebut ‘abad Roh Kudus’. Dan kelompok yang berperan penting dalam melahirkan abad Roh Kudus ini – menurut Maris - adalah  kelompok Pantekosta dan atau[2] Kharismatik[3]. Pengamatan ini tidak berlebihan sebab itulah keyakinan dan pengakuan mereka. Salah satu contohnya adalah M. F. H. Kakiay. Ketika mengomentari semboyan H. L. Senduk ‘biarkanlah Roh Kudus berkerja’,  Kakiay mengatakan bahwa maksud dari semboyan ini adalah bahwa ‘zaman dimana kita hidup sekarang ini (zaman modern ini) merupakan zaman pemerintahan Allah Tritunggal melalui Pribadi Roh Kudus. Pada zama inilah Roh Kudus bekerja dengan ajaib untuk menyucikan dan menyempurnakan gereja-Nya.’[4] Gerakan ini telah menyentakkan gereja, terutama gereja-gereja arus utama di seluruh dunia entahkah itu Calvinis atau Lutheran. Gereja Katolik Roma pun tidak luput.  Keadaan ini belum berubah hingga seperempat pertama abad ke-21 ini. Kedua gerakan ini tersebar secara cepat – dengan bantuan strategi dan sarana modern (TV, radio, buku dan mass-meeting) - dan dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang Kristen, tetapi juga oleh orang-orang bukan Kristen. Mereka hadir dalam kebaktian-kebaktian yang mempropagandakan tanda-tanda heran sebagai tanda kerja Roh Kudus. 
Penyebaran yang cepat dan pengaruh yang luas dari gerakan ini sebenarnya positif, asalkan berdasar dan berakar pada Kitab Suci dan bertujuan untuk kemuliaan Kristus dan pembangunan tubub-Nya, yakni gereja.  
Menyebut abad ke-20 sebagai abad Roh Kudus[5]  benar di satu sisi, tetapi salah di sini lain. Benar karena sepanjang sejarah gereja, – setelah Kisah 2 – dalam abad ke-20-lah Roh Kudus seolah-olah bekerja secara fenomenal dan mendunia dibanding abad-abab sebelumnya.  Seolah-olah sebab apa yang disebut pekerjaan Roh Kudus, dalam perjalanan waktu, ternyata sungguh meragukan dan membingungkan. Di sisi lain istilah ini  tidaklah tepat karena Roh Kudus bekerja dalam setiap abad sejarah keselamatan, meskipun memang benar jika kita bicara secara apropriatif bahwa Bapa lebih dominan dalam penciptaan, Anak dalam penebusan dan Roh Kudus dalam pengudusan (Lih juga KH M8 p/j 24). Karena itu tidaklah tepat menyebut abad tertentu sebagai abad Roh Kudus.    


[1] Disampaikan dalam seminar tentang Roh Kudus: keselamatan, karunia dan kebangunan rohani, yang diselenggarakan oleh GKKR di Malang, Jumat 17 Januari 2014
[2] Saya memakai kata penghubung ‘dan atau’ karena kedua gerakan ini sebenarnya memiliki akar yang sama, yakni penekanan pada karunia-karunia Roh. Perbedaannya terdapat terutama dalam sejarah kelahirannya. Pantekosta pada awal abad ke- 20, sedangkan Kharismatik pada awal paruh kedua adad abad yang sama. Dalam kenyataannya, gerakan Kharismatik merupakan kelanjutan dari gerakan Pantekosta dengan penekanan pada the Second Blessing. Dalam bahasa Maris, Kharismatik menggunakan ‘model yang sama untuk pengalaman khusus berkat kedua’ (Hans Maris, 2004: 23).
[3] J. W. Maris, Die Heere is en levend maakt: over de Heilege Geest dalam Gegrond geloof ... 301
[4] M. F. Y. Kakiay, Teologi GBI: Suatu Refleksi terhadap Wacana Teologi yang Berkembang di GBI (Jakarta: Kapernaum – PeMOI Publishing House, 2003), hal. 55
[5] Sebutan ini tidak perlu dikaitkan dengan apropriasi karena apropriasi selalu ditempatkan dalam bingkai pekerjaan Tritunggal dalam sejarah keselamatan.

Karunia Roh => bagian 02


A.    Karunia-karunia Roh
 
Karunia-karunia Roh adalah ajaran Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Karena itu, mestinya semua orang percaya mengenal dan merasakan dampak dari karunia-karunia ini. Tetapi kenyataan berbicara lain. Ada orang Kristen yang tidak tahu apa itu karunia-karunia Roh. Ada yang lain lagi yang tahu, tetapi mengabaikannya. Ada pula yang tahu dan menghidupinya secara baik. Sayang mereka kurang ‘kencang’ dalam mengajar dan dalam memperlihatkan kehidupan yang mencerminkan karunia-karunia ini sehingga tidak banyak orang yang ‘tertular’ ajaran dan kehidupan yang alkitabiah ini. Dan ada  lagi yang lain, yang tahu tetapi salah mengajarkan dan mempraktikkannya.

1.  Perjanjian Lama

Karunia-Karunia Roh yang banyak diperdebatkan bukanlah sesuatu yang baru ada dalam PB. Roh Kudus sudah bekerja sejak awal penciptaan dan terus bekerja dalam sejarah keselamatan demi penggenapan proto euanggelion dalam Kejadian 3:15. ‘Allah telah menggunakan beragam karunia di tengah-tengah umat-Nya, untuk memelihara perjanjian, melindungi mereka, menetapkan ibadat dan mempersiapkan akan kedatangan perjanjian baru di dalam Kristus Yesus. Misalnya, hakim-hakim, raja-raja, karunia berbicara dan hikmat, karunia menafsirkan mimpi, karunia membangun Tabernakel dan Bait Suci.



Secara apropriatif kita boleh mengatakan bahwa Dia bertugas menjaga atau memelihara ciptaan (Kej 1:2), memberi hidup (Ayb 33:4; Mzm 104:30), dan memperlengkapi orang-orang tertentu untuk tugas-tugas tertentu dalam sejarah keselamatan. Berkaitan dengan yang terakhir ini, ada tiga ekspresi utama yang terkenal menurut Billy Graham, yakni: Menguasai : ‘Lalu Roh Allah menguasai Zakharia’ (2Taw 24:20); ‘Sejak saat itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud’ (1Sam 16:13); Menghinggapi: ‘Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi’ (Bil 11:25); dan Memenuhi: ‘... dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, ... ‘ (Kel. 31:3)
Ketiga cara Roh Kudus hadir dalam kehidupan orang-orang PL tertentu[1] ini memiliki tujuan  untuk memampukan mereka melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan panggilan mereka – misalanya untuk mengerjakan Kemah Suci atau untuk menduduki jabatan imam, raja dan nabi.[2] Tujuan akhir dari pemberian Roh ini adalah untuk membangun Israel baik secara rohani maupun politis.
Pertama, Roh Kudus mengaruniakan ketrampilan dan pengertian. Kita dapat melihat hal ini dalam Keluaran 31:1-5:  Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:  Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda,   dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,   untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;   untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.’ Lihat juga Kel 35:30-35.
Roh Allah juga memberikan hikmat. Oleh permaisuri raja Belsyazar Daniel disebut sebagai seseorang yang penuh dengan ‘roh para dewa yang kudus’, sebab di dalam dia terdapat ‘kecerahan, akal budi dan hikmat ...’ (Dan 5:11). Ayub juga mengaku bahwa ‘nafas yang Mahakuasa ... memberi kepadanya pengertian (Ayb 32:8).
Kedua, Roh Kudus memberikan karunia untuk memimpin. Dalam Kejadian 41 kita membaca bagaimana Yusuf diangkat menjadi PM di Mesir. Atas pertolongan Allah ia dapat mengartikan mimpi Firaun dan memberi saran mengenai apa yang harus dilakukan oleh Firaun. Karena kemampuannya mengartikan mimpi dan kebijakannya dalam memberikan nasihat kepada raja, maka ia diangkat menjadi tuan atas seluruh tanah Mesir. Firaun mengaku bahwa Yusuf penuh dengan Roh Allah karena itu ia demikian berakal budi dan bijaksana (Kej 41:38-39). Kemampuan memimpin tokoh-tokoh sejarah Israel juga berasal dari Roh Kudus. Lihat misalnya Musa. Roh Tuhan ada padanya sehingga ia dapat memimpin bangsa Israel (Bil 11:17). Tujuh puluh tua-tua ikut memimpin bersama Musa setelah Tuhan memberi kepada mereka sebagian dari Roh yang hinggap pada Musa (Bil. 11:17, 25-29). Yosua pun demikian. Ia adalah ‘seorang yang penuh dengan [R]oh’ (Bil 27:18; Ul. 34:9). Hakim-hakim seperti Otniel, Gideon dan Yefta dapat menjadi pemimpin karena mereka dihinggapi Roh TUHAN (Hak. 3:10; 6:34; 11:29. Peranan Roh Allah pun nyata dalam kehidupan Simson (Hak 13:35; 14:6, 19; 15:14). Saul pun menjadi raja karena dikuasai Roh kudus (1Sam 10:6, 10; 11:6). Kemudian ia menjadi gagal sebagai raja karena ‘Roh TUHAN telah mundur daripada Saul’ lalu Tuhan menggantikan-Nya dengan roh jahat (1Sam 16:14; bdk 18:10). Dan tentang Daud kita membaca bahwa ‘sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud’ (1Sam 16:13). Bahkan Daud sendiri mengaku bahwa Roh Tuhan berbicara melalui perantaraannya (2Sam 23:2).
Dari semua ini jelaslah bahwa kemampuan untuk memimpim bersumber dari Roh Kudus. Dan jika Roh Kudus itu pergi, maka pergi pulalah kemampuan memimpin itu. Daud menyadari kenyataan ini. Karena itulah ia berdoa dalam Mazmur 51:13 ‘janganlah mengambil [R]oh-Mu yang kudus dari padaku.’ Pengalaman Saul mengajari Daud bahwa jika Roh Kudus meninggalkan seseorang, maka ia tidak dapat memimpin lagi. Menurut Hamilton, pemberian Roh Kudus kepada Saul dan Daud berkaitan dengan jabatan mereka sebagai raja Israel.[3]
Kisah kepemimpinan sejak Yusuf hingga Daud memperlihatkan kepada kita bahwa  baik pemimpin rohani maupun politik memperoleh kemampuan mereka untuk memimpin dari Roh Kudus
Ketiga, Roh Kudus memberikan karunia nubuat. Para nabi PL menyadari bahwa kemampuan mereka untuk bernubuat berasal dari Roh Kudus. Mikha mengaku bahwa ia penuh dengan Roh TUHAN untuk memberitahukan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya (Mi 3:8). Pengajaran dan firman disampaikan TUHAN semesta alam melalui [R]oh-Nya dengan perantaraan para nabi (Za 7:12). Allah sendiri berjanji kepada Yesaya bahwa Roh-Nya akan menghinggapinya dan Ia akan menaruh firman-Nya di dalam mulutnya turun temurun (Yes 59:21). Yang menarik adalah bahwa bahkan Bileam, si penenung, pun dihinggapi Roh Allah sehingga ia menyampaikan firman yang memberkati Israel (Bil 24:2). Allah memperlihatkan kedaulatan-Nya di sini.
Sama seperti ketrampilan dan pengertian untuk mengerjakan berbagai kerajinan, kebijakan dan akal budi untuk memimpin, demikianlah kemampuan untuk bernubuat pun berasal dari Roh Kudus. Nubuat tidak pernah dihasilkan oleh keinginan manusia.  Perjanjian Baru menegaskan kenyataan ini: ‘Dan mereka [para nabi] meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Toh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu’ 1Ptr 1:11). ‘Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kenedak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah’ (2Ptr 1:21; bdk Kis 1:16; Ibr 10:15). 
Dari uraian di atas jelaslah bahwa sebagian dari karunia-karunia Roh yang kita temukan di dalam PB sudah ada dalam PL. Jadi ada semacam progresivitas dalam pemberian karunia ini. Dalam PL hanya tiga yang paling jelas, sedangkan dalam PB lebih dari sepuluh. Ini tidak mengherankan sebab sejarah keselamatan dimulai dari tahap yang kurang jelas hingga ke yang paling jelas.



[1] Berbeda dengan PB di mana semua orang percaya adalah bait Roh Kudus (1Kor 6:19, bdk Yoh 7:38-39), maka dalam PL hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki Roh Kudus. Itu pun bukan dengan cara mendiami tetapi menghinggapi. Sifat kehadiran-Nya adalah bersama-sama dan di tengah-tengah. Tempat-Nya adalah Tabernakel (Kel 25:8; 40:34) dan/ Bait Suci (1Raj 8:10-11, 57-58).
[2] Lihat juga Y. Lifire dan G. Riemer, pen., The Candlestand Statement..., 25
[3] James M. Hamilton Jr., God’s Indwelling Presence….,  32