Rabu, 22 Januari 2014

Karunia Roh => bagian 08



3. Nabi dan nubuat: jabatan dan karunia

Nabi dan nubuat juga adalah satu pokok yang masih terus diperdebatkan. Dari daftar karunia di atas, juga dalam KPR (11:27-28 (bdk 13:1; 21:10); 15:32),  kita melihat bahwa baik nabi maupun karunia nubuat dikenal dalam gereja mula-mula. Pertanyaannya adalah apakah nabi dan karunia bernubuat itu masih ada hingga saat ini? Ada orang yang mengaku mendengar langsung Tuhan berbicara kepada dia. Contoh yang paling terkenal adalah Pariadj. [1] Jacob Nahuway pun dapat dimasukkan dalam kategori ini. Ia mengaku mendapat pentujuk dari Allah bahwa Fauzi Bowo akan terpilih lagi menjadi gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017: “Saya mendapat wangsit dari Allah bahwa Bapak pasti terpilih jadi gubernur”. Kalimat ini diucapkan pada 7 Mei 2012 kepada Fauzi Bowo di hadapan ratusan hamba Tuhan dan jemaat Persekutuan Gereja-gereja Pantekosta Indonesia (PGPI) sejabodetabek.[2] Dalam kenyataannya, Jokowi dan Ahoklah yang terpilih! Sungguh memalukan. Fauzi Bowo bisa saja berpikir bahwa ternyata Allah orang Kristen gemar berbohong. Ini baru dua contoh dari begitu banyak kelompok dalam gerakan Pentakosta dan Kharismatik, yang berperan sebagai ‘pelihat’ alias nabi zaman ini.
Apakah benar bahwa nabi masih ada hingga saat ini? Dalam hal ini ada perbedaan pandangan. Menurut Billy Graham karunia bernubuat pada zaman para rasul terbagi dua. Pertama adalah penyampaian firman dari Allah melalui nabi. Ini sudah tidak ada lagi karena kanon sudah lengkap. Kedua adalah untuk membangun, menasihati dan menghibur jemaat setempat (1Kor 14:3). Seorang nabi biasanya berkeliling, sedangkan pendeta tidak. Tetapi seiring dengan waktu karunia bernubuat diberikan kepada pendeta setempat yang mengkhotbahkan firman untuk membangun jemaat setempat. ‘Pengertian saya adalah bahwa karunia bernubuat itu digunanakan “dalam pengertian yang lebih luas, untuk menyampaikan kebenaran kepada umat Allah, bukan dengan penyataan yang langsung, tetapi melalui mempelajari Firman Allah yang mutlak dan lengkap itu dengan teliti”’.[3]
Ada yang lain lagi seperti Grudem, yang membedakan otoritas nabi PL dan PB. Menurutnya nabi PB lebih rendah dari nabi PL. Nabi PL diganti oleh rasul dalam PB. Mereka ini tidak ada lagi. Tetap nabi-nabi PB dan karunia nubuat itu masih ada hingga Tuhan Yesus datang nanti. Namun karena otoritas mereka  lebih rendah dari otoritas nabi PL dan rasul, dan kata-kata mereka bukanlah kata-kata Allah melainkan kata-kata mereka sendiri, maka nubuat mereka perlu diuji. Bahkan menurutnya, karunia nubuat ini diberikan kepada setiap orang dalam jemaat.[4]
Fee berpendapat lain lagi. Menurutnya Paulus melihat nabi-nabi yang ada dalam jemaat yang dirintisnya memiliki legitimasi yang sama dengan para nabi PL. Pertanyaan apakah otoritas nabi PB sama dengan otoritas nabi PL bukanlah apa yang ada dalam benak Paulus. Karena itu, menurut Fee pertanyaan tentang otoritas nabi PL dalam kaitan dengan masalah kanonisasi sama sekali berada di luar pikiran Paulus. Nabi-nabi itu bernubuat secara spontan. Namun mengenai siapa saja yang memiliki karunia bernubuat, Fee sama dengan Grudem bahwa karunia itu tersedia untuk semua.[5]  Masih ada satu lagi, yakni Peter Wagner dengan gerakannya The New Apostolic Reformation (NAR).[6] Menurutnya jabatan nabi dan rasul itu masih ada hingga saat ini, dengan otoritas dan kewibawaan yang sama seperti nabi dan rasul PL dan PB. Mereka ini dapat menyampaikan sesuatu yang bersifat melengkapi apa yang sudah ada (Alkitab), atau yang sama sekali baru.
Jadi ada setidak-tidaknya empat pandangan tentang nabi dan nubuat: 1) nabi sudah tidak ada lagi karena kanon sudah ditutup, tetapi karunia nubuat masih ada. 2) nabi dan karunia itu masih ada, tetapi otoritasnya tidak sama dengan otoritas nabi PL. 3) nabi PB memiliki legitimasi yang sah, dan tidak perlu dihubungkan dengan kanonisasi sebab pemikiran yang demikan tidak ada dalam benak Paulus. Dan yang terakhir, 4) nabi masih ada dengan otoritas yang sama dengan nabi PL dan PB. Manakah yang benar?
Dalam teologi Reformed kita mengaku bahwa nabi sudah tidak ada lagi karena Alkitab sudah selesai ditulis. Tetapi karunia itu masih ada.  Mereka adalah para pemberita firman, yang mendapat iluminasi dari Roh Kudus untuk menjelaskan firman yang sudah tertulis itu tepat seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Memang tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang mengatakan bahwa kehadiran nabi itu berkaitan dengan kanonisasi. Setelah kanon ditutup, maka nabi tidak ada lagi. Itu sebabnya kita harus berhati-hati. Namun keberanian untuk bernubuat dari orang-orang tertentu nampak menyesatkan dan mempermalukan. Yakobus pernah mengecam orang-orang yang berlagak tahu (4:13) dan sombong (4:18) bahwa mereka sebenarnya tidak tahu apa-apa, bahkan untuk sesuatu yang akan terjadi besok. Ia mengoreksi kesalahan persepsi mereka dan mengatakan bahwa mereka sebenarnya harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu” (4:15).


[1] Pengakuan-pengakuannya tentang hal ini dan yang yang lainya, misalanya bahwa dia diajar langsung oleh Yesus, bahwa menurut Yesus perjamuan kudusnya itulah perjamuan satu-satunya yang benar, dll., dapat dibaca dalam majalah Tiberias.
[2] Tim Redaksi, Pdt DR Yacob Nahuway Ngaku Dapat Wangsit, Foke Terpilih Lagi Jadi Gubernur dalam Warta Bangsa Warta untuk Semua, edisi 3-Tahun I-2012 (Gambir, Jakarta Pusat: ….), 9.
[3] Billy Graham, op. cit., 222-3
[4] Wayne Grudem, op. cit., …, 396-414.
[5] Gordon D. Fee, op. cit., …, 890-2
[6] NAR juga sering disebut sebagai The Third Wave karena penekanannya pada Sign and Wonders

Tidak ada komentar: