1. Cara penerimaan karunia Roh
Kita telah melihat berbagai karuni Roh di atas. Jelas
bahwa karunia-karunia itu berasal dari Allah yang satu (1 Kor 12:6) melalui Roh
Kudus. Pada hakikatnya Roh Kudus sendiri adalah karunia itu; karunia teragung
dari Bapa dan Anak (Yoh 14:16; 16:7b), yang telah menjadikan kita ahli waris
bersama dengan Kristus oleh iman (Rm 8:17). Pertanyaannya adalah bagaimana
caranya karunia-karunia Roh itu diperoleh. Berdasarkan Alkitab, kita dapat
menyimpulkan beberapa hal berikut menyangkut cara Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya
hadir dalam kehidupan orang percaya:
a)
Penghembusan oleh Yesus. Dalam Yohanes 20:22 Yesus memberikan Roh Kudus kepada
para murid-Nya dengan cara penghembusan, tetapi nampaknya ini merupakan rujukan
kepada pemberian definitif dalam Kisah 2.[1] Karena jika ini sudah merupakan penggenapan janji-Nya
dalam Yohanes 14 dan 16, maka Kisah 2 tidak perlu lagi, bahkan perintah Yesus
bahwa murid-murid-Nya harus menunggu janji Bapa di Yerusalem (Luk. 24:49, Kis
1:4) tidak ada gunanya.
b)
Turun langsung dari langit. Dalam Kis 2 kita membaca bahwa karunia Roh itu – dalam
hal ini bahasa lidah – diperoleh bersamaan dengan datang-Nya Roh Kudus dari
langit sebagai penggenapan nubuatan PL (Yl 2) maupun janji Yesus (Yoh 14, 16).
c) Doa
dan penumpangan tangan. Kemudian
dalam Kisah 8:15-17 kita membaca bahwa orang-orang percaya di Samaria
mendapatkan Roh Kudus oleh doa dan penumpangan tangan para rasul. Tetapi dalam
kejadian ini tidak ada laporan apakah setelah menerima Roh Kudus orang-orang
itu berbahasa lidah. Ketiadaan laporan ini mengindikasikan bahwa hal itu memang
tidak terjadi dan ini berarti bahwa diterimanya Roh Kudus oleh seseorang tidak
selalu harus ditandai dengan bahasa lidah. Penerimaan Roh Kudus melalui penumpangan
tangan terjadi lagi dalam Kisah 19:6 oleh Paulus. “Dan ketika Paulus menumpangkan
tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka
berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.” Berbeda dengan Kisah 8, di sini
kita membaca bahwa penerimaan Roh Kudus itu disertai dengan bahasa lidah dan
nubuat. Perbedaan kedua dengan Kisah 8 adalah bahwa di sini tidak ada laporan
bahwa Paulus mendahului penumpangan tangannya dengan doa. Dalam
2 Timotius 1:6 kita juga membaca bahwa oleh penumpangan tangan Paulus, Timotius
menerima karunia Roh.
d) Tanpa
doa dan tanpa penumpangan tangan.
Peristiwa Kornelius dalam Kisah 10 memperlihatkan kepada kita cara yang lain
lagi. Ia dan seisi rumahnya menerima Roh Kudus ketika Petrus sedang berkhotah.
Ini adalah kebalikan dari Kisah 2 di mana penerimaan Roh Kudus mendahului
khotbah. Dalam Kisah 6:1-6 tercatat bahwa bahkan ketujuh orang yang dipilih
menjadi diaken itu sudah ‘penuh dengan Roh dan hikmat’ (ay 3) sebelum para
rasul berdoa untuk dan menumpangkan tangan atas mereka. Dua
karunia Roh muncul di sini yakni hikmat (ay 3) dan iman (ay 5). Sekali lagi:
tidak ada laporan di sini mengenai bahasa lidah. Ada doa dan penumpangan
tangan, tetapi ini dalam rangka penahbisan atau peneguhan mereka ke dalam
fungsi diaken.
Dari
data-data Alkitab ini kita melihat bahwa tidak ada satu dua cara tertentu yang diperintahkan
oleh Allah sebagai sarana untuk mendapatkan karunia Roh. Di samping itu, yang
diminta dalam doa dan diberikan apakah dengan cara turun langsung dari langit
seperti dalam Kisah 2 atau melalui penumpangan tangan seperti Kisah 8, dan 19
adalah Roh Kudus itu sendiri, bukan manifestasi atau karunia-karunia-Nya.
Dalam
kelompok kharismatik tertentu ada ajaran tentang impartasi Roh Kudus, baik
dengan cara penghembusan, maupun dengan cara penumpangan tangan. Ajaran semacam
ini tidak mempunyai dasar di dalam Alkitab, meskipun dibangun dengan ayat-ayat
seperti disebutkan di atas. Memimjan istilah Deky Nggadas, argumentasi mereka
‘ayatiyah tetapi tidak alkitabiah.’
[1]
Dalam tafsirannya, Van Houwelingan merangkum 5 tafsiran yang berbeda dari ayat
ini. Pertama, pentakosta versi
Yohanes (Bauer, Bouma dan Beasley-Murray); kedua,
uang muka (voorschot, down payment)
dari pentakosta (Calvin, Bengel dan Meyer); ketiga,
rujukan kepada pentakosta (Grotius, Maier, Carson); keempat, syarat bagi pentakosta (Westcott, Godet, De la Potterie); kelima, perlengkapan bagi para rasul
untuk melakukan pekerjaan misi (Weiss, Holwerda, Ridderbos). Dari lima
penafsiran ini, Van Houwelingen mengikuti yang ketiga, yakni bahwa Yohanes
20:22 merujuk kepada pentakosta dalam Kisah 2. Ayat ini adalah nubuatan bagi
apa yang akan terjadi 10 hari setelah kenaikan-Nya, yakni penggenapan janji
Bapa: “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa
yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai
kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk 24:49, bdk. Kis
1:4). P. H. R. van Houwelingen, Johannes
... 395-6. Stephen Tong pun menganut pandandan yang ketiga. Ia memang
mengaitkan ‘penghembusan’ itu dengan penciptaan tetapi ini hanya untuk
membedakan manusia dengan ciptaan lain yang tidak mengalami peristiwa ini.
Menurutnya bagian ini adalah janji yang akan dipenuhi atau dikonfirmasi dalam
peristiwa pentakosta. Stephen Tong, Baptisan
dan Karunia Roh Kudus ... 26 - 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar