Rabu, 22 Januari 2014

Karunia Roh => bagian 04



1. Cara penerimaan karunia Roh

Kita telah melihat berbagai karuni Roh di atas. Jelas bahwa karunia-karunia itu berasal dari Allah yang satu (1 Kor 12:6) melalui Roh Kudus. Pada hakikatnya Roh Kudus sendiri adalah karunia itu; karunia teragung dari Bapa dan Anak (Yoh 14:16; 16:7b), yang telah menjadikan kita ahli waris bersama dengan Kristus oleh iman (Rm 8:17). Pertanyaannya adalah bagaimana caranya karunia-karunia Roh itu diperoleh. Berdasarkan Alkitab, kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut menyangkut cara Roh Kudus dan karunia-karunia-Nya hadir dalam kehidupan orang percaya:
a)    Penghembusan oleh Yesus. Dalam Yohanes 20:22 Yesus memberikan Roh Kudus kepada para murid-Nya dengan cara penghembusan, tetapi nampaknya ini merupakan rujukan kepada pemberian definitif dalam Kisah 2.[1] Karena jika ini sudah merupakan penggenapan janji-Nya dalam Yohanes 14 dan 16, maka Kisah 2 tidak perlu lagi, bahkan perintah Yesus bahwa murid-murid-Nya harus menunggu janji Bapa di Yerusalem (Luk. 24:49, Kis 1:4) tidak ada gunanya.
b)    Turun langsung dari langit. Dalam Kis 2 kita membaca bahwa karunia Roh itu – dalam hal ini bahasa lidah – diperoleh bersamaan dengan datang-Nya Roh Kudus dari langit sebagai penggenapan nubuatan PL (Yl 2) maupun janji Yesus (Yoh 14, 16).
c)     Doa dan penumpangan tangan. Kemudian dalam Kisah 8:15-17 kita membaca bahwa orang-orang percaya di Samaria mendapatkan Roh Kudus oleh doa dan penumpangan tangan para rasul. Tetapi dalam kejadian ini tidak ada laporan apakah setelah menerima Roh Kudus orang-orang itu berbahasa lidah. Ketiadaan laporan ini mengindikasikan bahwa hal itu memang tidak terjadi dan ini berarti bahwa diterimanya Roh Kudus oleh seseorang tidak selalu harus ditandai dengan bahasa lidah.   Penerimaan Roh Kudus melalui penumpangan tangan terjadi lagi dalam Kisah 19:6 oleh Paulus. “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.” Berbeda dengan Kisah 8, di sini kita membaca bahwa penerimaan Roh Kudus itu disertai dengan bahasa lidah dan nubuat. Perbedaan kedua dengan Kisah 8 adalah bahwa di sini tidak ada laporan bahwa Paulus mendahului penumpangan tangannya dengan doa.  Dalam 2 Timotius 1:6 kita juga membaca bahwa oleh penumpangan tangan Paulus, Timotius menerima karunia Roh. 
d)    Tanpa doa dan tanpa penumpangan tangan. Peristiwa Kornelius dalam Kisah 10 memperlihatkan kepada kita cara yang lain lagi. Ia dan seisi rumahnya menerima Roh Kudus ketika Petrus sedang berkhotah. Ini adalah kebalikan dari Kisah 2 di mana penerimaan Roh Kudus mendahului khotbah. Dalam Kisah 6:1-6 tercatat bahwa bahkan ketujuh orang yang dipilih menjadi diaken itu sudah ‘penuh dengan Roh dan hikmat’ (ay 3) sebelum para rasul berdoa untuk dan menumpangkan tangan atas mereka. Dua karunia Roh muncul di sini yakni hikmat (ay 3) dan iman (ay 5). Sekali lagi: tidak ada laporan di sini mengenai bahasa lidah. Ada doa dan penumpangan tangan, tetapi ini dalam rangka penahbisan atau peneguhan mereka ke dalam fungsi diaken.

Dari data-data Alkitab ini kita melihat bahwa tidak ada satu dua cara tertentu yang diperintahkan oleh Allah sebagai sarana untuk mendapatkan karunia Roh. Di samping itu, yang diminta dalam doa dan diberikan apakah dengan cara turun langsung dari langit seperti dalam Kisah 2 atau melalui penumpangan tangan seperti Kisah 8, dan 19 adalah Roh Kudus itu sendiri, bukan manifestasi atau karunia-karunia-Nya.
Dalam kelompok kharismatik tertentu ada ajaran tentang impartasi Roh Kudus, baik dengan cara penghembusan, maupun dengan cara penumpangan tangan. Ajaran semacam ini tidak mempunyai dasar di dalam Alkitab, meskipun dibangun dengan ayat-ayat seperti disebutkan di atas. Memimjan istilah Deky Nggadas, argumentasi mereka ‘ayatiyah tetapi tidak alkitabiah.’


[1] Dalam tafsirannya, Van Houwelingan merangkum 5 tafsiran yang berbeda dari ayat ini. Pertama, pentakosta versi Yohanes (Bauer, Bouma dan Beasley-Murray); kedua, uang muka (voorschot, down payment) dari pentakosta (Calvin, Bengel dan Meyer); ketiga, rujukan kepada pentakosta (Grotius, Maier, Carson); keempat, syarat bagi pentakosta (Westcott, Godet, De la Potterie); kelima, perlengkapan bagi para rasul untuk melakukan pekerjaan misi (Weiss, Holwerda, Ridderbos). Dari lima penafsiran ini, Van Houwelingen mengikuti yang ketiga, yakni bahwa Yohanes 20:22 merujuk kepada pentakosta dalam Kisah 2. Ayat ini adalah nubuatan bagi apa yang akan terjadi 10 hari setelah kenaikan-Nya, yakni penggenapan janji Bapa: “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Luk 24:49, bdk. Kis 1:4). P. H. R. van Houwelingen, Johannes ... 395-6. Stephen Tong pun menganut pandandan yang ketiga. Ia memang mengaitkan ‘penghembusan’ itu dengan penciptaan tetapi ini hanya untuk membedakan manusia dengan ciptaan lain yang tidak mengalami peristiwa ini. Menurutnya bagian ini adalah janji yang akan dipenuhi atau dikonfirmasi dalam peristiwa pentakosta. Stephen Tong, Baptisan dan Karunia Roh Kudus ... 26 - 8

Tidak ada komentar: