Pdt. Marianus T. Waang, M. Th.
Abad
ke-20 biasa disebut ‘abad Roh Kudus’. Dan kelompok yang berperan penting dalam melahirkan abad Roh Kudus ini –
menurut Maris - adalah kelompok Pantekosta
dan atau[2] Kharismatik[3]. Pengamatan ini tidak berlebihan sebab itulah keyakinan
dan pengakuan mereka. Salah satu contohnya adalah M. F. H. Kakiay. Ketika
mengomentari semboyan H. L. Senduk ‘biarkanlah Roh Kudus berkerja’, Kakiay mengatakan bahwa maksud dari semboyan
ini adalah bahwa ‘zaman dimana kita hidup sekarang ini (zaman modern ini)
merupakan zaman pemerintahan Allah Tritunggal melalui Pribadi Roh Kudus. Pada
zama inilah Roh Kudus bekerja dengan ajaib untuk menyucikan dan menyempurnakan
gereja-Nya.’[4]
Gerakan ini telah menyentakkan gereja, terutama gereja-gereja arus utama di
seluruh dunia entahkah itu Calvinis atau Lutheran. Gereja Katolik Roma pun
tidak luput. Keadaan ini belum berubah
hingga seperempat pertama abad ke-21 ini. Kedua gerakan ini tersebar secara
cepat – dengan bantuan strategi dan sarana modern (TV, radio, buku dan mass-meeting) - dan dampaknya tidak
hanya dirasakan oleh orang Kristen, tetapi juga oleh orang-orang bukan Kristen.
Mereka hadir dalam kebaktian-kebaktian yang mempropagandakan tanda-tanda heran
sebagai tanda kerja Roh Kudus.
Penyebaran yang cepat dan pengaruh yang luas dari gerakan
ini sebenarnya positif, asalkan berdasar dan berakar pada Kitab Suci dan
bertujuan untuk kemuliaan Kristus dan pembangunan tubub-Nya, yakni gereja.
Menyebut
abad ke-20 sebagai abad Roh Kudus[5] benar di satu sisi, tetapi salah di sini
lain. Benar karena sepanjang sejarah gereja, – setelah Kisah 2 – dalam abad ke-20-lah
Roh Kudus seolah-olah bekerja secara fenomenal dan mendunia dibanding abad-abab
sebelumnya. Seolah-olah sebab apa
yang disebut pekerjaan Roh Kudus, dalam perjalanan waktu, ternyata sungguh
meragukan dan membingungkan. Di sisi lain istilah ini tidaklah tepat karena Roh Kudus bekerja dalam
setiap abad sejarah keselamatan, meskipun memang benar jika kita bicara secara
apropriatif bahwa Bapa lebih dominan dalam penciptaan, Anak dalam penebusan dan
Roh Kudus dalam pengudusan (Lih juga KH M8 p/j 24). Karena itu tidaklah tepat
menyebut abad tertentu sebagai abad Roh Kudus.
[1] Disampaikan dalam seminar
tentang Roh Kudus: keselamatan, karunia dan kebangunan rohani, yang diselenggarakan
oleh GKKR di Malang, Jumat 17 Januari 2014
[2] Saya memakai kata penghubung
‘dan atau’ karena kedua gerakan ini sebenarnya memiliki akar yang sama, yakni
penekanan pada karunia-karunia Roh. Perbedaannya terdapat terutama dalam
sejarah kelahirannya. Pantekosta pada awal abad ke- 20, sedangkan Kharismatik
pada awal paruh kedua adad abad yang sama. Dalam
kenyataannya, gerakan Kharismatik merupakan kelanjutan dari gerakan Pantekosta
dengan penekanan pada the Second
Blessing. Dalam bahasa Maris, Kharismatik menggunakan ‘model yang sama untuk pengalaman
khusus berkat kedua’ (Hans Maris, 2004: 23).
[3] J.
W. Maris, Die Heere is en levend maakt:
over de Heilege Geest dalam Gegrond
geloof ... 301
[4] M.
F. Y. Kakiay, Teologi GBI: Suatu Refleksi
terhadap Wacana Teologi yang Berkembang di GBI (Jakarta: Kapernaum – PeMOI
Publishing House, 2003), hal. 55
[5]
Sebutan ini tidak perlu dikaitkan dengan apropriasi karena apropriasi selalu
ditempatkan dalam bingkai pekerjaan Tritunggal dalam sejarah keselamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar