Rabu, 22 Januari 2014

Karunia Roh & Penyimpangannya dalam Jemaat => bagian 01

Pdt. Marianus T. Waang, M. Th.


A.    Pendahuluan 
 
Abad ke-20 biasa disebut ‘abad Roh Kudus’. Dan kelompok yang berperan penting dalam melahirkan abad Roh Kudus ini – menurut Maris - adalah  kelompok Pantekosta dan atau[2] Kharismatik[3]. Pengamatan ini tidak berlebihan sebab itulah keyakinan dan pengakuan mereka. Salah satu contohnya adalah M. F. H. Kakiay. Ketika mengomentari semboyan H. L. Senduk ‘biarkanlah Roh Kudus berkerja’,  Kakiay mengatakan bahwa maksud dari semboyan ini adalah bahwa ‘zaman dimana kita hidup sekarang ini (zaman modern ini) merupakan zaman pemerintahan Allah Tritunggal melalui Pribadi Roh Kudus. Pada zama inilah Roh Kudus bekerja dengan ajaib untuk menyucikan dan menyempurnakan gereja-Nya.’[4] Gerakan ini telah menyentakkan gereja, terutama gereja-gereja arus utama di seluruh dunia entahkah itu Calvinis atau Lutheran. Gereja Katolik Roma pun tidak luput.  Keadaan ini belum berubah hingga seperempat pertama abad ke-21 ini. Kedua gerakan ini tersebar secara cepat – dengan bantuan strategi dan sarana modern (TV, radio, buku dan mass-meeting) - dan dampaknya tidak hanya dirasakan oleh orang Kristen, tetapi juga oleh orang-orang bukan Kristen. Mereka hadir dalam kebaktian-kebaktian yang mempropagandakan tanda-tanda heran sebagai tanda kerja Roh Kudus. 
Penyebaran yang cepat dan pengaruh yang luas dari gerakan ini sebenarnya positif, asalkan berdasar dan berakar pada Kitab Suci dan bertujuan untuk kemuliaan Kristus dan pembangunan tubub-Nya, yakni gereja.  
Menyebut abad ke-20 sebagai abad Roh Kudus[5]  benar di satu sisi, tetapi salah di sini lain. Benar karena sepanjang sejarah gereja, – setelah Kisah 2 – dalam abad ke-20-lah Roh Kudus seolah-olah bekerja secara fenomenal dan mendunia dibanding abad-abab sebelumnya.  Seolah-olah sebab apa yang disebut pekerjaan Roh Kudus, dalam perjalanan waktu, ternyata sungguh meragukan dan membingungkan. Di sisi lain istilah ini  tidaklah tepat karena Roh Kudus bekerja dalam setiap abad sejarah keselamatan, meskipun memang benar jika kita bicara secara apropriatif bahwa Bapa lebih dominan dalam penciptaan, Anak dalam penebusan dan Roh Kudus dalam pengudusan (Lih juga KH M8 p/j 24). Karena itu tidaklah tepat menyebut abad tertentu sebagai abad Roh Kudus.    


[1] Disampaikan dalam seminar tentang Roh Kudus: keselamatan, karunia dan kebangunan rohani, yang diselenggarakan oleh GKKR di Malang, Jumat 17 Januari 2014
[2] Saya memakai kata penghubung ‘dan atau’ karena kedua gerakan ini sebenarnya memiliki akar yang sama, yakni penekanan pada karunia-karunia Roh. Perbedaannya terdapat terutama dalam sejarah kelahirannya. Pantekosta pada awal abad ke- 20, sedangkan Kharismatik pada awal paruh kedua adad abad yang sama. Dalam kenyataannya, gerakan Kharismatik merupakan kelanjutan dari gerakan Pantekosta dengan penekanan pada the Second Blessing. Dalam bahasa Maris, Kharismatik menggunakan ‘model yang sama untuk pengalaman khusus berkat kedua’ (Hans Maris, 2004: 23).
[3] J. W. Maris, Die Heere is en levend maakt: over de Heilege Geest dalam Gegrond geloof ... 301
[4] M. F. Y. Kakiay, Teologi GBI: Suatu Refleksi terhadap Wacana Teologi yang Berkembang di GBI (Jakarta: Kapernaum – PeMOI Publishing House, 2003), hal. 55
[5] Sebutan ini tidak perlu dikaitkan dengan apropriasi karena apropriasi selalu ditempatkan dalam bingkai pekerjaan Tritunggal dalam sejarah keselamatan.

Tidak ada komentar: