Rabu, 22 Januari 2014

Karunia Roh => bagian 02


A.    Karunia-karunia Roh
 
Karunia-karunia Roh adalah ajaran Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Karena itu, mestinya semua orang percaya mengenal dan merasakan dampak dari karunia-karunia ini. Tetapi kenyataan berbicara lain. Ada orang Kristen yang tidak tahu apa itu karunia-karunia Roh. Ada yang lain lagi yang tahu, tetapi mengabaikannya. Ada pula yang tahu dan menghidupinya secara baik. Sayang mereka kurang ‘kencang’ dalam mengajar dan dalam memperlihatkan kehidupan yang mencerminkan karunia-karunia ini sehingga tidak banyak orang yang ‘tertular’ ajaran dan kehidupan yang alkitabiah ini. Dan ada  lagi yang lain, yang tahu tetapi salah mengajarkan dan mempraktikkannya.

1.  Perjanjian Lama

Karunia-Karunia Roh yang banyak diperdebatkan bukanlah sesuatu yang baru ada dalam PB. Roh Kudus sudah bekerja sejak awal penciptaan dan terus bekerja dalam sejarah keselamatan demi penggenapan proto euanggelion dalam Kejadian 3:15. ‘Allah telah menggunakan beragam karunia di tengah-tengah umat-Nya, untuk memelihara perjanjian, melindungi mereka, menetapkan ibadat dan mempersiapkan akan kedatangan perjanjian baru di dalam Kristus Yesus. Misalnya, hakim-hakim, raja-raja, karunia berbicara dan hikmat, karunia menafsirkan mimpi, karunia membangun Tabernakel dan Bait Suci.



Secara apropriatif kita boleh mengatakan bahwa Dia bertugas menjaga atau memelihara ciptaan (Kej 1:2), memberi hidup (Ayb 33:4; Mzm 104:30), dan memperlengkapi orang-orang tertentu untuk tugas-tugas tertentu dalam sejarah keselamatan. Berkaitan dengan yang terakhir ini, ada tiga ekspresi utama yang terkenal menurut Billy Graham, yakni: Menguasai : ‘Lalu Roh Allah menguasai Zakharia’ (2Taw 24:20); ‘Sejak saat itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud’ (1Sam 16:13); Menghinggapi: ‘Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi’ (Bil 11:25); dan Memenuhi: ‘... dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan, ... ‘ (Kel. 31:3)
Ketiga cara Roh Kudus hadir dalam kehidupan orang-orang PL tertentu[1] ini memiliki tujuan  untuk memampukan mereka melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan panggilan mereka – misalanya untuk mengerjakan Kemah Suci atau untuk menduduki jabatan imam, raja dan nabi.[2] Tujuan akhir dari pemberian Roh ini adalah untuk membangun Israel baik secara rohani maupun politis.
Pertama, Roh Kudus mengaruniakan ketrampilan dan pengertian. Kita dapat melihat hal ini dalam Keluaran 31:1-5:  Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:  Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda,   dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,   untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;   untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.’ Lihat juga Kel 35:30-35.
Roh Allah juga memberikan hikmat. Oleh permaisuri raja Belsyazar Daniel disebut sebagai seseorang yang penuh dengan ‘roh para dewa yang kudus’, sebab di dalam dia terdapat ‘kecerahan, akal budi dan hikmat ...’ (Dan 5:11). Ayub juga mengaku bahwa ‘nafas yang Mahakuasa ... memberi kepadanya pengertian (Ayb 32:8).
Kedua, Roh Kudus memberikan karunia untuk memimpin. Dalam Kejadian 41 kita membaca bagaimana Yusuf diangkat menjadi PM di Mesir. Atas pertolongan Allah ia dapat mengartikan mimpi Firaun dan memberi saran mengenai apa yang harus dilakukan oleh Firaun. Karena kemampuannya mengartikan mimpi dan kebijakannya dalam memberikan nasihat kepada raja, maka ia diangkat menjadi tuan atas seluruh tanah Mesir. Firaun mengaku bahwa Yusuf penuh dengan Roh Allah karena itu ia demikian berakal budi dan bijaksana (Kej 41:38-39). Kemampuan memimpin tokoh-tokoh sejarah Israel juga berasal dari Roh Kudus. Lihat misalnya Musa. Roh Tuhan ada padanya sehingga ia dapat memimpin bangsa Israel (Bil 11:17). Tujuh puluh tua-tua ikut memimpin bersama Musa setelah Tuhan memberi kepada mereka sebagian dari Roh yang hinggap pada Musa (Bil. 11:17, 25-29). Yosua pun demikian. Ia adalah ‘seorang yang penuh dengan [R]oh’ (Bil 27:18; Ul. 34:9). Hakim-hakim seperti Otniel, Gideon dan Yefta dapat menjadi pemimpin karena mereka dihinggapi Roh TUHAN (Hak. 3:10; 6:34; 11:29. Peranan Roh Allah pun nyata dalam kehidupan Simson (Hak 13:35; 14:6, 19; 15:14). Saul pun menjadi raja karena dikuasai Roh kudus (1Sam 10:6, 10; 11:6). Kemudian ia menjadi gagal sebagai raja karena ‘Roh TUHAN telah mundur daripada Saul’ lalu Tuhan menggantikan-Nya dengan roh jahat (1Sam 16:14; bdk 18:10). Dan tentang Daud kita membaca bahwa ‘sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud’ (1Sam 16:13). Bahkan Daud sendiri mengaku bahwa Roh Tuhan berbicara melalui perantaraannya (2Sam 23:2).
Dari semua ini jelaslah bahwa kemampuan untuk memimpim bersumber dari Roh Kudus. Dan jika Roh Kudus itu pergi, maka pergi pulalah kemampuan memimpin itu. Daud menyadari kenyataan ini. Karena itulah ia berdoa dalam Mazmur 51:13 ‘janganlah mengambil [R]oh-Mu yang kudus dari padaku.’ Pengalaman Saul mengajari Daud bahwa jika Roh Kudus meninggalkan seseorang, maka ia tidak dapat memimpin lagi. Menurut Hamilton, pemberian Roh Kudus kepada Saul dan Daud berkaitan dengan jabatan mereka sebagai raja Israel.[3]
Kisah kepemimpinan sejak Yusuf hingga Daud memperlihatkan kepada kita bahwa  baik pemimpin rohani maupun politik memperoleh kemampuan mereka untuk memimpin dari Roh Kudus
Ketiga, Roh Kudus memberikan karunia nubuat. Para nabi PL menyadari bahwa kemampuan mereka untuk bernubuat berasal dari Roh Kudus. Mikha mengaku bahwa ia penuh dengan Roh TUHAN untuk memberitahukan kepada Yakub pelanggarannya dan kepada Israel dosanya (Mi 3:8). Pengajaran dan firman disampaikan TUHAN semesta alam melalui [R]oh-Nya dengan perantaraan para nabi (Za 7:12). Allah sendiri berjanji kepada Yesaya bahwa Roh-Nya akan menghinggapinya dan Ia akan menaruh firman-Nya di dalam mulutnya turun temurun (Yes 59:21). Yang menarik adalah bahwa bahkan Bileam, si penenung, pun dihinggapi Roh Allah sehingga ia menyampaikan firman yang memberkati Israel (Bil 24:2). Allah memperlihatkan kedaulatan-Nya di sini.
Sama seperti ketrampilan dan pengertian untuk mengerjakan berbagai kerajinan, kebijakan dan akal budi untuk memimpin, demikianlah kemampuan untuk bernubuat pun berasal dari Roh Kudus. Nubuat tidak pernah dihasilkan oleh keinginan manusia.  Perjanjian Baru menegaskan kenyataan ini: ‘Dan mereka [para nabi] meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Toh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu’ 1Ptr 1:11). ‘Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kenedak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah’ (2Ptr 1:21; bdk Kis 1:16; Ibr 10:15). 
Dari uraian di atas jelaslah bahwa sebagian dari karunia-karunia Roh yang kita temukan di dalam PB sudah ada dalam PL. Jadi ada semacam progresivitas dalam pemberian karunia ini. Dalam PL hanya tiga yang paling jelas, sedangkan dalam PB lebih dari sepuluh. Ini tidak mengherankan sebab sejarah keselamatan dimulai dari tahap yang kurang jelas hingga ke yang paling jelas.



[1] Berbeda dengan PB di mana semua orang percaya adalah bait Roh Kudus (1Kor 6:19, bdk Yoh 7:38-39), maka dalam PL hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki Roh Kudus. Itu pun bukan dengan cara mendiami tetapi menghinggapi. Sifat kehadiran-Nya adalah bersama-sama dan di tengah-tengah. Tempat-Nya adalah Tabernakel (Kel 25:8; 40:34) dan/ Bait Suci (1Raj 8:10-11, 57-58).
[2] Lihat juga Y. Lifire dan G. Riemer, pen., The Candlestand Statement..., 25
[3] James M. Hamilton Jr., God’s Indwelling Presence….,  32
 

Tidak ada komentar: