A. Karunia-karunia Roh
Karunia-karunia
Roh adalah ajaran Kitab Suci, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Karena
itu, mestinya semua orang percaya mengenal dan merasakan dampak dari
karunia-karunia ini. Tetapi kenyataan berbicara lain. Ada orang Kristen yang
tidak tahu apa itu karunia-karunia Roh. Ada yang lain lagi yang tahu, tetapi
mengabaikannya. Ada pula yang tahu dan menghidupinya secara baik. Sayang mereka
kurang ‘kencang’ dalam mengajar dan dalam memperlihatkan kehidupan yang
mencerminkan karunia-karunia ini sehingga tidak banyak orang yang ‘tertular’
ajaran dan kehidupan yang alkitabiah ini. Dan ada lagi yang
lain, yang tahu tetapi salah mengajarkan dan mempraktikkannya.
1. Perjanjian Lama
Secara apropriatif kita boleh mengatakan bahwa Dia
bertugas menjaga atau memelihara ciptaan (Kej 1:2), memberi hidup (Ayb 33:4;
Mzm 104:30), dan memperlengkapi orang-orang tertentu untuk tugas-tugas tertentu
dalam sejarah keselamatan. Berkaitan dengan yang terakhir ini, ada tiga
ekspresi utama yang terkenal menurut Billy Graham, yakni: Menguasai : ‘Lalu Roh Allah menguasai Zakharia’ (2Taw 24:20);
‘Sejak saat itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud’ (1Sam 16:13); Menghinggapi: ‘Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan
berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap
padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap
pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi’
(Bil 11:25); dan Memenuhi: ‘... dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah,
dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,
... ‘ (Kel. 31:3)
Ketiga cara Roh Kudus hadir dalam
kehidupan orang-orang PL tertentu[1] ini
memiliki tujuan untuk memampukan mereka
melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan panggilan mereka – misalanya untuk
mengerjakan Kemah Suci atau untuk menduduki jabatan imam, raja dan nabi.[2]
Tujuan akhir dari pemberian Roh ini adalah untuk membangun Israel baik secara
rohani maupun politis.
Pertama, Roh Kudus mengaruniakan ketrampilan dan pengertian.
Kita dapat melihat hal ini dalam Keluaran 31:1-5: Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin
Hur, dari suku Yehuda, dan telah
Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan,
dalam segala macam pekerjaan, untuk
membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga; untuk mengasah batu permata supaya ditatah;
untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.’ Lihat juga
Kel 35:30-35.
Roh Allah juga memberikan hikmat. Oleh permaisuri raja Belsyazar
Daniel disebut sebagai seseorang yang penuh dengan ‘roh para dewa yang kudus’,
sebab di dalam dia terdapat ‘kecerahan, akal budi dan hikmat ...’ (Dan 5:11).
Ayub juga mengaku bahwa ‘nafas yang Mahakuasa ... memberi kepadanya pengertian
(Ayb 32:8).
Kedua, Roh Kudus memberikan karunia untuk memimpin. Dalam Kejadian 41 kita membaca bagaimana Yusuf diangkat menjadi
PM di Mesir. Atas pertolongan Allah ia dapat mengartikan mimpi Firaun dan
memberi saran mengenai apa yang harus dilakukan oleh Firaun. Karena
kemampuannya mengartikan mimpi dan kebijakannya dalam memberikan nasihat kepada
raja, maka ia diangkat menjadi tuan atas seluruh tanah Mesir. Firaun mengaku
bahwa Yusuf penuh dengan Roh Allah karena itu ia demikian berakal budi dan
bijaksana (Kej 41:38-39). Kemampuan memimpin tokoh-tokoh sejarah Israel juga
berasal dari Roh Kudus. Lihat misalnya Musa. Roh Tuhan ada padanya sehingga ia
dapat memimpin bangsa Israel (Bil 11:17). Tujuh puluh tua-tua ikut memimpin
bersama Musa setelah Tuhan memberi kepada mereka sebagian dari Roh yang hinggap
pada Musa (Bil. 11:17, 25-29). Yosua pun demikian. Ia adalah ‘seorang yang
penuh dengan [R]oh’ (Bil 27:18; Ul. 34:9). Hakim-hakim seperti Otniel, Gideon
dan Yefta dapat menjadi pemimpin karena mereka dihinggapi Roh TUHAN (Hak. 3:10;
6:34; 11:29. Peranan Roh Allah pun nyata dalam kehidupan Simson (Hak 13:35;
14:6, 19; 15:14). Saul pun menjadi raja karena dikuasai Roh kudus (1Sam 10:6,
10; 11:6). Kemudian ia menjadi gagal sebagai raja karena ‘Roh TUHAN telah
mundur daripada Saul’ lalu Tuhan menggantikan-Nya dengan roh jahat (1Sam 16:14;
bdk 18:10). Dan tentang Daud kita membaca bahwa ‘sejak hari itu dan seterusnya
berkuasalah Roh TUHAN atas Daud’ (1Sam 16:13). Bahkan Daud sendiri mengaku
bahwa Roh Tuhan berbicara melalui perantaraannya (2Sam 23:2).
Dari semua ini jelaslah bahwa kemampuan untuk memimpim
bersumber dari Roh Kudus. Dan jika Roh Kudus itu pergi, maka pergi pulalah
kemampuan memimpin itu. Daud menyadari kenyataan ini. Karena itulah ia berdoa
dalam Mazmur 51:13 ‘janganlah mengambil [R]oh-Mu yang kudus dari padaku.’
Pengalaman Saul mengajari Daud bahwa jika Roh Kudus meninggalkan seseorang,
maka ia tidak dapat memimpin lagi. Menurut Hamilton, pemberian Roh Kudus kepada
Saul dan Daud berkaitan dengan jabatan mereka sebagai raja Israel.[3]
Kisah
kepemimpinan sejak Yusuf hingga Daud memperlihatkan kepada kita bahwa baik pemimpin rohani maupun politik
memperoleh kemampuan mereka untuk memimpin dari Roh Kudus
Ketiga, Roh Kudus memberikan karunia nubuat. Para nabi PL
menyadari bahwa kemampuan mereka untuk bernubuat berasal dari Roh Kudus. Mikha
mengaku bahwa ia penuh dengan Roh TUHAN untuk memberitahukan kepada Yakub
pelanggarannya dan kepada Israel dosanya (Mi 3:8). Pengajaran dan firman
disampaikan TUHAN semesta alam melalui [R]oh-Nya dengan perantaraan para nabi
(Za 7:12). Allah sendiri berjanji kepada Yesaya bahwa Roh-Nya akan
menghinggapinya dan Ia akan menaruh firman-Nya di dalam mulutnya turun temurun
(Yes 59:21). Yang menarik adalah bahwa bahkan Bileam, si penenung, pun
dihinggapi Roh Allah sehingga ia menyampaikan firman yang memberkati Israel
(Bil 24:2). Allah memperlihatkan kedaulatan-Nya di sini.
Sama seperti ketrampilan dan pengertian untuk mengerjakan
berbagai kerajinan, kebijakan dan akal budi untuk memimpin, demikianlah
kemampuan untuk bernubuat pun berasal dari Roh Kudus. Nubuat tidak pernah
dihasilkan oleh keinginan manusia.
Perjanjian Baru menegaskan kenyataan ini: ‘Dan mereka [para nabi]
meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Toh Kristus,
yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang
segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang
menyusul sesudah itu’ 1Ptr 1:11). ‘Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh
kenedak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama
Allah’ (2Ptr 1:21; bdk Kis 1:16; Ibr 10:15).
Dari uraian di atas jelaslah bahwa sebagian dari
karunia-karunia Roh yang kita temukan di dalam PB sudah ada dalam PL. Jadi ada
semacam progresivitas dalam pemberian karunia ini. Dalam PL hanya tiga yang
paling jelas, sedangkan dalam PB lebih dari sepuluh. Ini tidak mengherankan
sebab sejarah keselamatan dimulai dari tahap yang kurang jelas hingga ke yang
paling jelas.
[1]
Berbeda dengan PB di mana semua orang percaya adalah bait Roh Kudus (1Kor 6:19,
bdk Yoh 7:38-39), maka dalam PL hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki
Roh Kudus. Itu pun bukan dengan cara mendiami tetapi menghinggapi. Sifat
kehadiran-Nya adalah bersama-sama dan
di tengah-tengah. Tempat-Nya adalah
Tabernakel (Kel 25:8; 40:34) dan/ Bait Suci (1Raj 8:10-11, 57-58).
[2]
Lihat juga Y. Lifire dan G. Riemer, pen., The
Candlestand Statement..., 25
[3] James M. Hamilton Jr., God’s Indwelling Presence…., 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar