Pdt. Marianus T. Waang
Matius
25:1-13
Yesus pasti datang kembali: berjaga-jagalah
|
|
Minggu, 5
April 2020
Jemaat rumah[1]
|
Jemaat
Tuhan Yesus Kristus!
Apa kabar semuanya? Hari ini
adalah hari Minggu kedua, di mana kita beribadah di rumah masing-masing.
Mungkin kita merasa kurang nyaman, sedih dan sepi: biasanya banyak dan ramai;
bertemu sesama saudara sejemaat, sekarang sendiri saja. Meski begitu, kita
tetap bersyukur dan bersukacita, karena Yesus Tuhan kita ada bersama kita dalam
RohNya saat ini.
Dalam
dua minggu yang lalu, secara berturut-turut kita mendengar Yesus memperkenalkan
diriNya dengan terus terang kepada murid-muridNya
secara khusus: Dia adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16). Orang banyak,
yang selalu mengikuti Dia dan merasakan pertolonganNya (makanan dan
kesembuhan), hanya mengenal Dia sebatas nabi. Tetapi murid-murid mengenal Dia
lebih dari itu. Dia adalah Yang diurapi, Anak dari Allah yang hidup! Pengenalan
itu mereka terima dari Allah sebagai karunia (Mat. 13:11)
Setelah
itu, Ia membawa mereka lagi ke gunung. Di sana pengakuan para rasul bahwa Yesus
adalah Mesias Anak Allah yang hidup itu diteguhkan lagi oleh Bapa di sorga:
“Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat.
17:6). Kali ini dengan tambahan perintah: dengarkanlah Dia! Hal ini dilakukan
Yesus dalam rangka mempersiapkan murid-muridNya untuk masa sengsaraNya, yakni
(penyaliban) yang akan segera terjadi.
Saat
ini, kita sedang ada pada masa-masa menjelang sengsara Yesus itu. Tanggl 10
kita merayakan Jumat Agung dan tanggal 12 paskah, jika Tuhan berkenan.
Minggu
ini, kita membaca tentang pengajaran Yesus mengenai kedatanganNya yang kedua.
Kita akan membicarakan pokok ini dengan memperhatikan dua pertanyaan:
1. Apakah kita, saudara dan saya, percaya bahwa Yesus benar-benar akan
datang kembali?
2. Apakah kita, saudara dan saya, SELALU siap, kapan pun Yesus datang?
Jemaat
Tuhan Yesus Kristus! Sejak kenaikan Yesus ke sorga
(seperti diceritakan dalam Kisah 1), kita sudah menunggu hampir 2000 tahun.
Waktu yang tidak singkat. Tetapi Yesus belum datang. Ada orang atau kelompok
tertentu, terutama kelompok Advent Hari Kejutuh, yang coba menghitung dan menetapkan hari
kedatangan Tuhan itu, tetapi selalu gagal. Yesus sudah bilang: hari dan saat
kedatanganNya tidak ada yang tahu. Jadi percuma hitung sana - hitung sini.
Tetapi
2000 tahun adalah waktu menunggu yang terlalu lama bukan? Bukankah Yesus
sendiri bilang bahwa Dia akan datang segera? Lalu mengapa begini lama?
Dalam
pengalaman kita, lama menunggu membuat kita menjadi bosan dan kesal. Bahkan
sesuatu yang tidak terjadi dalam waktu yang lama, biasanya lebih banyak gagal.
Misalnya, ayam yang mengeram akan menetas pada waktu 21 hari lebih sedikit.
Jika sudah 4 minggu (28 hari) belum menetas, kesimpulannya: telur-telur itu
gagal menjadi ayam.
Sudah
2000 tahun dan kedatangan Yesus itu belum terjadi. Mungkin kita sudah mulai
bosan dan kesal. Akibatnya kita tidak mau berpikir lagi soal kedatangan itu: “datang
ya syukur, tidak datang ya sudah. Daripada sibuk memikirkan hal ini, lebih baik
saya sibuk memikirkan karir, masa depan keluarga dan anak-anak saya, dll.”
Apalagi saat ini semua orang sedang sibuk dengan corona.
Jadi
kedatangan Yesus itu, bagi kita, mungkin sudah seperti telur ayam usia 28 hari
yang gagal menjadi ayam itu. Situasi semacam ini mengantar kita pada pertanyaan
pertama kita:
Apakah
kita, saudara dan saya, masih percaya bahwa Yesus benar-benar akan datang
kembali?
Teks
kita hari ini adalah bagian dari khotbah atau pengajaran Tuhan Yesus tentang
apa saja yang akan terjadi menjelang dan pada akhir dari zaman ini: bencana
alam, kelaparan, perperangan dan penyakit. Semua peristiwa ini menelan korban
yg luar biasa banyak. Contoh yang paling baru adalah Covid-19. Per 1 April
virus ini sudah menguasai 201 negara. Artinya virus ini sudah ada di SELURUH
dunia! Kerugian yang ditimbulkan juga luar biasa: Pendidikan anak-anak tidak
jalan, ekonomi dunia hancur, hubungan sosial antar sesama berantakan, dll.
Sebelum itu, ada perang besar yang dimulai oleh ISIS.
Ini
semua adalah bagian dari tanda-tanda bahwa dunia ini sedang dalam perjalanan
menuju akhir sejarahnya. “… dunia ini sedang lenyap dengan segala keindahannya,
…” (1Yoh. 2:17). Tanda-tanda ini adalah bukti bahwa kedatangan Tuhan kita yang
kedua itu PASTI!
Teks
kita hari ini meneguhkan dan menegaskan KEPASTIAN itu. Jika kedatangan Tuhan
itu tidak akan terjadi, tentu perumpamaan ini tidak akan ada atau tidak ada
gunanya. Dan yang lebih berat lagi: Yesus berbohong. Tetapi itu TIDAK MUNGKIN!
Allah tidak berdusta (Bil. 23:19; Tit. 1:2; Ibr. 6:18). Manusia banyak tipunya.
Tetapi TUHAN tidak!
Jemaat
Tuhan Yesus Kristus! Di tengah waktu menunggu yang
tidak diketahui batasnya ini, kita bisa menjadi bosan dan ragu. Kebosanan dan
keraguan ini diperparah lagi oleh situasi dunia yang semakin mengancam,
seolah-olah tidak ada masa depan. Yohanes pembaptis pernah mengalami situasi
ini. Ia berada di penjara dan mulai ragu: apakah Yesus adalah Dia yang akan
datang itu atau bukan? Ketika itu Yesus mengatakan: “… berbahagilah
mereka yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Mat. 11:6). Kita juga berbahagia,
jika kita tidak menjadi kecewa dan menolak Dia! Waktu menunggu yang kelihatan
lama adalah ujian imam. Situasi dunia yang semakin kacau dan mengancam adalah
bukti dari kepastian kedatangan itu!
Meskipun
dunia sudah hampir 2000 tahun menunggu Yesus datang kembali, sebenarnya tidak
ada satu orang pun yang menunggu selama itu. Kita semua menunggu rata-rata 60
tahun. setelah itu kita pergi kepada Tuhan kita.
Teks
kita berbicara tentang kesiapan menyambut kedatangan YANG PASTI itu. Yesus
mengumpamakan atau mencontohkan kesiapan menunggu kedatanganNya yang kedua itu
dengan kesiapan 10 orang gadis: lima bodoh dan lima bijaksana. Ini membawa kita
pada pertanyaan kita yang kedua:
Apakah
kita, saudara dan saya, SELALU siap kapan pun Yesus datang?
Sepuluh
gadis itu terbagi ke dalam 2 kelompok secara merata: 50:50. Pembagian yang merata ini menunjukkan bahwa
soal masuk ke dalam Kerajaan Sorga bukan soal mayoritas-minoritas, siapa lebih
banyak atau lebih kuat dia menang; tetapi soal pribadi: soal masing-masing
orang. Siapa yang SELALU siap, dia tidak akan terlambat! Dan karena itu, dia
yang akan masuk! Siapa yang masa bodoh, PASTI akan terlambat!
Perhatikan
sifat dua kelompok gadis itu: bodoh dan bijaksana. Kata ‘bodoh’ di sini artinya
bukan ‘tidak tahu’ (soal intelektual), melainkan ‘tahu tapi enggan atau malas melakukannya’
(sikap iman). Dalam Perjanjian Lama, kata ini selalu menunjuk bukan pada orang
yang tidak tahu apa-apa, melainkan pada mereka yang suka melawan Tuhan: tahu
tetapi malas atau sengaja tidak melakukannya. Itulah mengapa lawannya (dalam
bacaan kita) adalah bijaksana, bukan pintar. Orang bijaksana adalah mereka yang
melakukan kehendak Tuhan. Lihat Matius 7:24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, …”.
Sama seperti 5 gadis bijak, 5 gadis bodoh ini pun
tidak tahu kapan atau pukul berapa pada hari itu mempelai laki-laki akan
datang. Tetapi mereka tidak mau membawa cadangan minyak. Perhatikan: mereka
tidak tahu jam berapa mempelai datang. Artinya mempelai bisa datang lebih
cepat, atau bisa juga lebih lambat. Mereka pasti tahu juga bahwa minyak mereka
bisa jadi tidak cukup, jika ternyata mempelai datang jauh malam. Maka untuk
amannya, mereka seharusnya mempersiapkan minyak cadangan.
Sayang seribu sayang: mereka tahu bahwa lebih baik
memiliki cadangan minyak, tetapi mereka tidak melakukannya. Mereka lebih suka
berpikir bahwa mempelai akan datang sesuasi perkiraan mereka. Ternyata salah! Di
sinilah letak kebodohan mereka itu: tidak tahu persis jamnya, tetapi tidak mau
berjaga-jaga dengan membawa minyak ekstra. Padahal berjaga-jaga itu adalah
perintah Tuhan.
Tetapi bagaimana dengan 5 gadis yang bijak itu?
Bukankah mereka tidak memiliki kasih? Mereka tidak mau berbagi. Mereka pelit.
Pantaskah orang-orang seperti ini masuk sorga?
Jemaat Tuhan Yesus Kristus! Yesus tidak sedang mengajarkan di
sini bahwa orang-orang yang tidak memiliki kasih akan masuk sorga juga.
Sebaliknya, ketidaksediaan mereka untuk berbagi ini memperlihatkan bahwa soal
masuk sorga tidak bisa bergantung pada orang lain. Masuk kerajaan Allah tidak
bisa mengekor pada kebaikan hati orang atau pada iman orang lain: iman suami,
iman istri, iman orangtua, iman pendeta atau iman teman. Iman sendiri, iman
tiap-tiap orang kepada Kristuslah, yang menjadikannya sabahat Sang Mempelai dan
yang membawanya ke dalam sorga.
Dua kelompok gadis ini adalah gambaran untuk
gereja, yakni kita. Yesus berkata bahwa hari dan jam kedatanganNya yg kedua itu
tidak ada yang tahu. Ia hanya menyatakan tanda-tandanya, yakni tanda-tanda yang
akan terjadi pada saat atau menjelang hari ‘h’ itu: bencana alam, kelaparan,
peperangan dan sakit penyakit. Ia akan datang ketika semua orang sedang sibuk
dengan urusannya sendiri, seperti pada zaman Nuh: sibuk cari makan dan sibuk
urus kawin. Ia akan datang pada saat
yang tidak kita duga, seperti kedatangan seorang pencuri. Karena itu
berjaga-jaga adalah sifat iman yang sangat penting (24:23-44). Kerja untuk makan dan minum tentu saja boleh,
malah harus! Tetapi jangan lupa Tuhan! Kerja untuk masa depan keluarga dan karier
tidak dilarang. Tetapi jangan lupa Tuhan! Kerja untuk kemajuan dan keberhasilan
orang lain itu hal yang diminta oleh Tuhan. Itu adalah bukti kasih kita kepada
sesama. Harus dilakukan, tetapi jangan lupa Tuhan! Menikmati keindahan ciptaan
Tuhan dan kenikmatan sebagai hasil kerja itu baik, tetapi jangan lupa Tuhan!
Jika kita lupa Tuhan, kita pasti menangis penuh
penyesalan yang luar biasa, ketika kita mendengar Tuhan berkata kepada kita
pada hari kedatanganNya: “…: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Aku tidak
mengenal kamu.” Penyesalan selalu datang terlambat!
Covid-19 yang meluluhlantakkan dunia saat ini,
selalu kita lihat sisi buruknya. Benar: virus ini memang buruk, sungguh sangat
buruk. Tetapi tahukah kita, bahwa virus ini adalah bagian dari rencana besar
Allah? Sadarkah kita bahwa virus ini adalah salah satu tanda yang menegaskan
KEPASTIAN kedatangan kedua itu? Melalui Covid-19 kita seolah mendengar suara
Tuhan: mempelai datang, songsonglah Dia! Sudah siapkah kita untuk itu?
Karena itu, ada
baiknya kita juga melihat sisi baik dari covid-19 ini. Tujuannya adalah agar
kita bisa bersyukur dan tetap tenang: 1) Covid-19
memungkinkan kita memiliki cukup banyak waktu bagi kebersamaan keluarga.
Pakailah kesempatan ini memperbaiki semua yang kurang selama ini. 2) Covid-19
memungkinkan terjadinya persekutuan dalam masing-masing keluarga: hal yang
mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Manfaatkanlah sebagai tanda kesiapan
kita menyambut mempelai laki-laki, yakni Tuhan Yesus. 3) Covid-19 memungkinkan
penurunan polusi dan kerusakan ozon. Dunia lebih sehat. Nikmatilah dunia
ciptaan Tuhan yang dipulihkan. 4) Covid-19 mengajari kita betapa pentingnya
menjaga kesehatan, kebersihan dan ketertiban, dst.
Corona
memang mematikan, tetapi mari kita tetap bersyukur dan tenang karena hal-hal
positif di atas. Rasul Paulus meminta kita mengucap syukur dalam segala hal
(1Tes. 5:18). Dalam ketakutan karena corona, ingatlah Roma 8:28 “Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah.” Ingat juga KH Minggu ke- 1.
Jemaat
Tuhan Yesus Kristus!
Yesus pasti datang kembali.
Karena itu keluarlah dari kelompok gadis yang bodoh, supaya kita berbahagia
pada saat kedatanganNya itu. Kitalah orang-orang yang mengasihi Allah, yang
terpanggil sesuai dengan rencanaNya itu. Tetaplah dalam keadaan terjaga!
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar