Sabtu, 18 April 2020

Salib adalah Bukti Kasih Allah



Pdt. Marianus T. Waang

Matius 27:32-44
Salib adalah bukti kasih Allah

Jumat Agung, 10 April 2020
Jemaat Rumah[1]

Shalom jemaat Tuhan! Apa kabar? Hari ini kita merayakan Jumat Agung. Di rumah masing-masing. Kiranya Bapak/Ibu tetap bersukacita dan menikmati ibadah pagi ini. Tuhan Yesus memberkati Bapak/Ibu berserta semua anggota keluarga.

Bacaan kita kali ini adalah potongan cerita tentang penyaliban Yesus yang dimulai dari pasal 26. Karena itu, sebaiknya jemaat membaca seluruh pasal 26 dan 27. Tujuannya agar kita memahami jalan cerita penyaliban itu secara utuh.
Salib Kristus Agama - Foto gratis di Pixabay

Dalam khotbah ini, kita hanya akan memahami teks kita. Kita berdoa supaya Bapa di sorga berkenan berbicara kepada kita dan Roh Kudus bersedia membuka hati kita sehingga kita mengerti maksud Tuhan bagi kita.

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Setelah ditangkap di taman Getsemani, Yesus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama. Di sana, para imam kepala dan seluruh anggota Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu agar Yesus dihukum mati (26:59). Perhatikanlah: mereka yang seharusnya mengajarkan kebenaran, ternyata memutarbalikkannya. Ternyata hanya jubah dan kedudukan merekalah yg terhormat. Hati mereka tidak lebih baik dari para perampok atau penyamun (bdk Mrk. 11:17). Kebohongan mereka anggap kebenaran; sementara kebenaran, yang disampaikan Yesus bahwa Dia adalah Mesias, mereka anggap kebohongan dan hujatan (26:62-66). Inilah kekejian dosa: kejujuran diinjak-injak, kebohongan diagung-agungkan. Kebenaran dibuang, dosa dicari-cari

Setelah itu, mereka membawa Yesus kepada Pilatus. Ia adalah wali negeri Romawi yang memerintah di Yerusalem. Pilatus tidak mendapat kesalahan apu pun yang pantas diganjar dengan hukuman mati. Tetapi ia tidak berdaya menghadapai tekanan massa, orang-orang beragama, yang sudah brutal itu. Akhirnya ia menyerahkan Yesus kepada mereka untuk diperlakukan sesuai kemauan mereka, yakni disalibkan (27:22-26).  

Aneh memang, tetapi nyata: pengajar kebenaran (para imam) dan penegak hukum (Pilatus) tidak berdaya menghadapi hawa nafsu massa. Inilah kekejian dosa yang lain: akal sehat dan rasa keadilan tidak diberi tempat. Dosa memanfaatkan suara mayoritas untuk menjalankan maksud dan rencananya. Dan...? Berhasil. Kebohongan terus disebarkan dan kebencian semakin dikobarkan. 

Tetapi kita tidak perlu terlalu mempersalahkan mereka. Mereka adalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk menjatuhkan hukuman karena dosa kita atas Kristus! Mereka ‘satu barisan’ dengan Yudas Iskariot (26:14-16, 21-25; lihat juga Kis. 3:18).

Kepalsuan para pemimpin agama, kebrutalan orang-orang Yahudi dan para serdadu Romawi adalah buah dari dosa. Dosa telah membutakan hati mereka sedemikan rupa sehingga mereka tidak sanggup mengenal Yesus. Iblis sebagai sumber dan tuan atas dosa telah menjadi tuan dan bapa mereka (Yoh. 8:41-44).
Sama seperti Iblis hadir dan merasuki Yudas (Yoh. 13:27) dan Petrus (Mat. 16:23), begitu jugalah Iblis hadir dan menguasai para pemuka Agama dan pengikut-pengikut mereka itu sedemikian rupa sehingga mereka tidak sanggup mengenal Yesus dan mempercayai kata-kataNya.

Dosa itu keji dan brutal. Ia sanggup menghilangkan akal sehat. Ia adalah tunggangan Iblis yang handal untuk menghancurkan manusia. Sayang, kebanyakan kita tidak menyadarinya. 

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Dalam teks kita, kita membaca tentang prosesi menuju tempat eksekusi, yakni bukit Golgota. Golgota artinya Tempat Tengkorak. Disebut Tempant Tengkorak karena 3 kemungkinan alasan: 1) bukit itu mirip tengkorak; 2) tempat penghukuman; 3) terdapat banyak tengkorak di sana.

Yesus yang sudah kelelahan akibat siksaan dan cambukan yang menimbulkan banyak luka dan kucuran darah, nampaknya tidak sanggup lagi memikul salibNya yg berat. Seorang Kirene bernama Simon, yang kebetulan sedang lewat, akhirnya dipaksa untuk membantu Yesus. Meskipun dipaksa, setidak-tidaknya ia sedikit meringankan beban penderitaan Yesus yg berat itu. Yesus memikul dosa seantero dunia di atas pundaknya yang telah hancur karena cambukan.

Sekarang mari kita lihat bagaimana mereka memperlakukan Yesus setelah tiba di Golgota. Pertama, mereka memberi Dia minuman yang tidak pantas: anggur bercampur empedu, yakni ramuan herbal pahit yang mengandung racun. Yesus benar-benar memerlukan air. Sudah lebih dari 12 jam Ia menjalani aniaya dan siksaan. Ia haus. Tetapi mereka memberiNya racun. Inilah kekejian dosa yang berikutnya: tidak mengenal belaskasihan. Dosa telah menutup hati mereka sedemikian rapat, sehingga mereka melihat penderitaan sebagai hiburan. Yesus yang sedang sekarat, mereka anggap sebagai kesempatan lucu-lucuan.

Setelah itu, mereka menyalibkan Yesus. Ia berada di antara dua orang penjahat. Mereka juga membuang undi untuk mendapatkan jubahNya. Semua ini terjadi supaya firman yang sudah disampaikan melalui para nabi tergenapi. Dalam Yesaya 53:12 kita membaca bahwa Yesus akan mati untuk dosa dunia terhitung di antara para pemberontak. Juga dalam Mazmur 12:19 kita membaca bahwa mereka yang menyalibkanNya akan medapatkan jubahNya dengan cara undian. Kejadian-kejadian yang menunjukkan penggenapan nubuatan ini memperlihatkan kepada kita bahwa Yesus benar-benar adalah Mesias. Dia adalah keturunan perempuan dalam Kejadian 3:15 yang menghancurkan kepada ular, yakni Iblis.

Tetapi mengapa para ahli taurat, imam-imam kepala dan orang-orang Yahudi tidak mengenal Dia? Mengapa mereka malah menganggapNya sebagai penghujat Allah? Alasannya jelas: dosa! Dosa telah membutakan mereka sedemikian rupa sehingga mereka tidak bisa mengenal Yesus. Inilah puncak dari semua kekejian dosa: membuat orang tidak mengenal Yesus.

Karena dosa, Allah tidak mau membuka hati manusia agar mereka mengenal Dia. Demikianlah kata Firman Tuhan: "Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka" (Yoh 12:40). Karena dosa, Allah mengeraskan hati orang supaya mereka tidak percaya kepada Yesus. Karena dosa, salib Yesus menjadi kebodohan bagi dunia dan karena itu mereka akan binasa (1Kor. 1:18).

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Pada salib Yesus, mereka juga menuliskan alasan mengapa Ia dihukum mati. Yesus dihukum karena Dia adalah Raja orang Yahudi. Ini alasan yang aneh, sebab orang Yahudi tidak pernah mengakuiNya sebagai Raja. Tetapi memang benar: Dia adalah Raja, bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi atas seluruh dunia. Yesus adalah Raja, entah orang mengakuiNya atau tidak! Dia adalah Raja segala raja dan Tuan segala tuan (Why 19:16). Ia adalah Raja Kebenaran dan Keadilan.  Jauh sebelum Ia lahir, Allah sudah mengatakannya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini” (Yes. 9:6-7). Tetapi lagi-lagi: dosa membuat Allah muak dan menutup rapat kebenaran ini bagi para pemimpin agama Yahudi dan para pengikut mereka.

Setelah Yesus tergantung tidak berdaya, mereka bukannya kasihan melainkan mengejekNya. Mereka merasa Yesus tidak pantas mendapat belaskasihan. Ia pantas mendapat siksaan dan ejekan. Ia tidak pantas hidup. Ia pantas mati. Mereka mengakui bahwa Yesus sanggup menyelamatkan orang lain. Karena itu mereka heran, mengapa Ia tidak menyelamatkan diriNya sendiri? Menurut mereka: kenyataan bahwa Yesus tidak dapat melepaskan diri dari salib adalah tanda bahwa Allah tidak berkenan kepada Dia. Menurut mereka kenyataan salib adalah tanda bahwa Allah sendiri tidak mau melepaskan Yesus.

Tetapi mereka salah besar: Yesus bukan tidak sanggup melepaskan diri, tetapi Ia taat pada keputusan Bapa. Tujuan kehadiranNya di bumi adalah mati, bukan hidup. BapaNya mengutus Dia untuk menderita dan mati sebagai ganti kita. Demi kita, imam-imam kepala, ahli-ahli taurat dan tua-tua yang menyalibkan Dia itulah Dia mati. Tetapi mereka tidak sadar. Ini jelas dari reaksiNya terhadap Petrus yang memotong telinga salah satu dari mereka yang menangkapNya di taman Getsemani: “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?  Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" (Mat 26:53-54).

Sengsara dan kematianNya adalah hal yang memang HARUS terjadi. Tetapi celakalah mereka yang melakukannya. Mereka senasib dengan Yudas, yakni CELAKA: “Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan" (Mat 26:24).

Jadi kerelaanNya menerima siksaan, hinaan dan salib bukan karena Ia tidak sanggup membebaskan diri. Juga bukan karena Allah tidak berkenaan kepada Dia, melainkan karena kasihNya kepada kita. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).

KematianNya di salib melalui tangan para pemuka agama Yahudi dan tantara Romawi adalah kehendakNya sendiri juga. Itu jelas dari apa yg dikatakanNya sendiri: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku" (Yoh 10:17-18).

Lagi-lagi: Dia tetap tergantung di salib hingga mati, bukan karena Ia tidak sanggup melepaskan diri. Juga bukan karena Allah tidak berkenan kepadaNya, melainkan karena kehendakNya sendiri. Kematian itu dikehendakiNya karena kasihNya kepada kita. Yesus adalah Gembala, yang karena kasihNya rela menyerahkan nyawaNya bagi domba-dombaNya itu (Yoh 10).

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!            Kita telah melihat perlakukan keji dari para pemimpin agama Yahudi dan semua orang yang berada di sekitar penyaliban Yesus. Mereka menganggap Dia menghujat Allah. Mereka juga mengejekNya tanpa batas. Apakah perlakuan atau sikap semacam itu tidak ada saat ini? Jawabnya: ada!

Mayoritas penduduk dunia saat ini tidak mengenal Yesus. Ada yang berpikir bahwa Yesus hanya seorang pemimpin yang gagal dan harus mati di tangan para lawan politikNya secara mengenaskan. Yang lain lagi berpikir bahwa cerita soal Yesus hanya tipuan para muridNya untuk menghibur diri karena kematian Guru mereka dengan cara yang memalukan itu. Ada lagi yang jika ditanya: apakah Anda mengenal Yesus? Dia menjawab, “Siapa dia? Saya tidak peduli!” Ada juga yang menjadikanNya bahan olokan. Di negara kita, misalnya, kita  yang percaya kepada Yesus dianggap orang kafir. Bahkan salibNya disebut tempat tinggal jin kafir.

Kebenaran yang terang benderang ini, begitu gelap bagi kebanyakan manusia saat ini. Penyebabnya jelas: dosa! Dosa manusia yang bertambah keji dari waktu ke waktu telah membuat Allah begitu murka dan menutup hati manusia begitu rapat terhadap kebenaran. Akibatnya, Yesus tidak bisa dikenal apalagi dipercaya sebagai Juruselamat. Akibatnya salib dianggap sebagai peristiwa memalukan yang harus dijauhi. Dan sikap semacam ini pasti berujung pada sengsara kekal dalam api neraka.

Salib adalah puncak kasih Allah. Siapa yang menoloak salib, berarti menolak kasih Allah. Menolak kasih Allah berarti menyerahkan diri kepada murkaNya. Dan berada dalam murka Allah berarti kematian kekal, yakni sengsara tanpa batas dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (Why 21:8)

Jemaat Tuhan Yesus Kristus!           Yesus, Tuhan kita, yang tersalib karena kasihNya kepada kita itu, sekarang berada di sorga. Ia telah memberi perintah agar Injil, yakni penebusan oleh darahNya itu, diberitakan ke seluruh dunia.  Setiap kali kita merayakan Jumat Agung, sebenarnya kita sedang menyuarakan penyelamatan dari Allah untuk seluruh dunia. Kita tidak boleh menyimpan Kabar Baik ini untuk diri sendiri. Kita telah menerima kasih Allah. Bagikanlah dengan orang lain. Mari kita berdoa supaya GGRI-KB boleh mengambil bagian dalam pemberitaan Injil kepada mereka yang belum mendengarnya sama sekali. Injil, yakni kelepasan dari dosa oleh salib Kristus harus diberitakan. Pemberitaan Injil adalah KEHARUSAN bagi gereja, seperti kata rasul Paulus: “Sebab itu [pemberitaan Injil] adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16).

Amin



[1] Ibadah rumah yang ketiga karena Covid-19

Tidak ada komentar: