Kamis, 08 Maret 2012

Khotbah di Bukit II

Peraturan Kerajaan: Lebih dari yang sudah lazim

Matius 5:17-20
17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.


Ibarat rantai, ayat 17-21 merupakan penyatu antara ayat 3-16 dan ayat 21-48. Kualifikasi warga kerajaan Allah seperti dalam ayat 3-12 tidak pernah ada dalam pengajaran dan kehidupan para ahli taurat dan orang farisi (ay 20). Orang Israel tidak menyadari hal itu. Mereka tentu sudah terbiasa dengan ajaran para pemimpin rohani mereka ini dan percaya bahwa pengajaran mereka benar adanya. Ketika mendengar bahwa pemilik kerajaan Allah adalah mereka yang miskin dalam roh, pemilik bumi adalah mereka yang lemah lembut dan bahwa anak-anak Allah adalah mereka yang membawa damai bukan yang berprinsip mata ganti mata dan gigi ganti gigi, mereka tentu berpikir bahwa Yesus telah mengubah hukum Taurat. Tetapi Yesus menegur dengan keras. Tidak boleh ada yang menyangka demikian. Ia tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi melainkan menggenapinya. Istilah menggenapi dapat berarti: pertama, memenuhi apa yang dijanjikan dahulu (nubuatan) dan kedua, melengkapi apa yang masih kurang. Semuanya harus terjadi seperti yang difirmankan (ay 17-18, bdk Yes. 55:10-11). Jika ada orang yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat, meskipun yang paling kecil, ia akan mendapat hukuman. Sebaliknya, setiap orang yang melakukan dan mengajarkan perintah-perintah itu dengan benar atau tepat akan mendapat upah (bdk Why, 22:18-19). Atau jika ada orang yang hanya mengajarkannya tetapi tidak melakukannya, ia pun tidak akan luput dari hukuman: “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5:20). Mengapa hidup keagamaan para pemimpin rohani ini tidak memungkinkan mereka menjadi warga Kerajaan Allah? Karena mereka omdo alias omong doang. Inilah penilaian Yesus terhadap kesenjangan antara teori dan praktik, antara orthoksi dan orthopraksis, antara iman dan penerapan dari para pemimpin umat: “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya” (Mat. 23:2-4). Dalam ayat 21-48 Yesus memberikan beberapa contoh mengenai tugas-Nya untuk memenuhi hukum Taurat dan kitab bara nabi itu.
Ayat-ayat ini biasanya disebut antithesis atau pertentangan. Bagian pertama dipertentangkan dengan bagian kedua: ‘Kamu telah mendengar … - ‘tetapi Aku berkata kepadamu…’ Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa apa yang diajarkan Yesus tentang bagaimana seseorang dapat menjadi warga Kerajaan Allah lebih dari apa yang diajarkan oleh para ahli Taurat. Tafsiran-Nya yang tampak bertentangan dengan hukum Taurat tidak dimaksudkan untuk memperbaiki hukum Taurat tetapi untuk membetulkan penyimpangan yang sudah ada dan berkembang saat itu.

Tidak ada komentar: